Berakhlak Baik di Media Sosial
Abyan
Jadidan
Budaya membaca nampaknya semakin
mengalami peningkatan, begitu juga budaya menulis dan saling berdiskusi. Bukan
sedang berbicara tentang membaca buku, menulis karya tulis ilmiah, atau
berdiskusi di debat ilmiah. Tengok saja betapa seringnya generasi terkini
melihat layer gadget pagi, siang, sore, dan malam. Menengok layar gadget untuk
bermain games? Tidak juga, tak hanya untuk bermain tapi juga banyak yang sibuk
membaca, ya membaca postingan di media sosial yang lebih sering dilakukan tanpa
tujuan. Ada juga yang setiap momennya memposting tulisan di media sosial yang
beragam, mulai dari status, story, ataupun feeds, bahkan juga blog, atau yang
lebih fenomenal dan terkesan seru, saling balas kolom komentar.
Apa
salahnya saling balas komentar atau postingan?
Tidak ada yang salah selama
mengedepankan sopan santun dan berdasar ilmu. Tapi nyatanya yang kini terlihat
justru prilaku saling cela, beropini
tanpa dasar ilmu, atau senang menyebarkan berita- berita burung atau yang kini
sering disebut sebagai hoaks, dan parahnya seringkali disadari atau tidak
melanggar kaidah agama.
Mari
tengok firman Allah yang satu ini :
Allah
berfirman dalam kalam-Nya yang Mulia dalam Quran Surah Al-Hujurat ayat 12 :
“Wahai orang- orang yang beriman! Jauhilah banyak prasangka, sesungguhnya
sebagian prasangka itu dosa, dan janganlah
kamu mencari- cari kesalahan orang lain, dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain.
Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati?
Tentu kamu merasa jijik. Dan bertakwalah kepada Allah, sungguh Allah Maha
Penerima Taubat, Maha Penyayang.”
Perang di kolom komentar atau
postingan seringkali berlanjut pada saling serang kondisi individu, mencari informasi
seseorang pada profilnya bukan untuk tujuan baik, melainkan mencari- cari
kesalahan. Kemudian mempostingnya untuk digunjingkan lebih banyak orang.
Nampaknya hal ini tidak boleh
terus menerus dibiarkan, karena benar- benar akan merusak generasi masa depan
kelak. Terlebih, Islam mengedepankan akhlak yang mana Rasulullah Muhammad SAW
pun diutus untuk menyempurnakan akhlak, sedangkan kondisi kini akhlak generasi
terkini sangatlah buruk. Keislaman seseorang sesungguhnya terlihat dari
akhlaknya. Akhlak menjadi output akhir atas baiknya keislaman atau keimanan
seseorang. Maka, dalam aktivitas di media sosial hendaknya kita mengedepankan
budaya- budaya berikut :
1. Rajin
belajar agama
Agar jangan sampai beropini atau berlaku hingga
melanggar kaidah agama. Di tengah kondisi sekarang juga, sebaiknya menggali
informasi langsung dari sumber yang terpercaya, bukan sekedar dari internet
yang tanpa diketahui kebagusan sumbernya, tetapi rajin membaca buku dan
tentunya memiliki guru.
2. Tabayyun
Setiap informasi yang kita dapatkan, jangan dengan
mudah kita terima begitu saja, apalagi menyebarkannya kembali dengan maksud
agar orang lain juga tahu. Hendaknya kita telusuri dahulu kebenaran informasi
yang didapatkan. Allah yang menyuruh kita untuk tabayyun, mencari kejelasan
informasi dalam Quran surah An-Nisaa
ayat 94, atau menanyakan informasi langsung kepada yang mengerti ilmunya.
“ …. Maka tanyakanlah kepada orang yang berilmu jika
kamu tidak mengetahui” QS Al-Anbiya : 7
3. Tidak
saling mencela/menggunjing
Memang seringkali tidak mudah menahan godaan untuk
tidak mencela, terlebih jika diri pribadi yang diserang. Tetapi hendaknya kita
selalu mengingat kaidah yang Rasulullah Muhammad SAW ajarkan :
“mankana yu’minu
billah wal yaumil akhir, fal yakul khairan au liyasmuth”
(barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari
akhir, hendaknya berkata yang baik atau diam).
Dengan memegang teguh hadist tersebut maka hendaknya
kita pastikan postingan atau komentar yang kita buat bermanfaat, dan jika
dirasa tidak bisa, maka diam.
4. Menasihati
sesuai adab
Ketika kita temukan teman kita berlaku buruk,
hendaknya kita meluruskannya dengan memberi nasehat. Karena Allah memerintahkan
untuk saling menasehati dalam Surah Al-Ashr. Menasehati yang baik adalah secara
personal, bukan di depan umum sehingga mempermalukan.
Tidak ada kebaikan besar, tanpa kebaikan kecil.
Mulailah dari diri sendiri untuk berakhlakul karimah di media sosial, menjadi
contoh kebaikan sambil kemudian perlahan mengajak orang lain.
Referensi :
Al-
Qur’an dan terjemahannya. 2008. Departemen Agama RI. Bandung : Diponegoro
Essai yang dibuat seketika saat lomba Essai Competition IQF Olympiad TS 7 IQF,
Alhamdulillah mendapat juara ke-2