Sabtu, 16 Februari 2019

Berakhlak Baik di Media Sosial

Berakhlak Baik di Media Sosial
Abyan Jadidan

              Budaya membaca nampaknya semakin mengalami peningkatan, begitu juga budaya menulis dan saling berdiskusi. Bukan sedang berbicara tentang membaca buku, menulis karya tulis ilmiah, atau berdiskusi di debat ilmiah. Tengok saja betapa seringnya generasi terkini melihat layer gadget pagi, siang, sore, dan malam. Menengok layar gadget untuk bermain games? Tidak juga, tak hanya untuk bermain tapi juga banyak yang sibuk membaca, ya membaca postingan di media sosial yang lebih sering dilakukan tanpa tujuan. Ada juga yang setiap momennya memposting tulisan di media sosial yang beragam, mulai dari status, story, ataupun feeds, bahkan juga blog, atau yang lebih fenomenal dan terkesan seru, saling balas kolom komentar.
Apa salahnya saling balas komentar atau postingan?
              Tidak ada yang salah selama mengedepankan sopan santun dan berdasar ilmu. Tapi nyatanya yang kini terlihat justru  prilaku saling cela, beropini tanpa dasar ilmu, atau senang menyebarkan berita- berita burung atau yang kini sering disebut sebagai hoaks, dan parahnya seringkali disadari atau tidak melanggar kaidah agama.
Mari tengok firman Allah yang satu ini :
Allah berfirman dalam kalam-Nya yang Mulia dalam Quran Surah Al-Hujurat ayat 12 :
              “Wahai orang- orang yang beriman! Jauhilah banyak prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa, dan janganlah kamu mencari- cari kesalahan orang lain, dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Dan bertakwalah kepada Allah, sungguh Allah Maha Penerima Taubat, Maha Penyayang.”
              Perang di kolom komentar atau postingan seringkali berlanjut pada saling serang kondisi individu, mencari informasi seseorang pada profilnya bukan untuk tujuan baik, melainkan mencari- cari kesalahan. Kemudian mempostingnya untuk digunjingkan lebih banyak orang.
              Nampaknya hal ini tidak boleh terus menerus dibiarkan, karena benar- benar akan merusak generasi masa depan kelak. Terlebih, Islam mengedepankan akhlak yang mana Rasulullah Muhammad SAW pun diutus untuk menyempurnakan akhlak, sedangkan kondisi kini akhlak generasi terkini sangatlah buruk. Keislaman seseorang sesungguhnya terlihat dari akhlaknya. Akhlak menjadi output akhir atas baiknya keislaman atau keimanan seseorang. Maka, dalam aktivitas di media sosial hendaknya kita mengedepankan budaya- budaya berikut :
1.      Rajin belajar agama
Agar jangan sampai beropini atau berlaku hingga melanggar kaidah agama. Di tengah kondisi sekarang juga, sebaiknya menggali informasi langsung dari sumber yang terpercaya, bukan sekedar dari internet yang tanpa diketahui kebagusan sumbernya, tetapi rajin membaca buku dan tentunya memiliki guru.

2.      Tabayyun
Setiap informasi yang kita dapatkan, jangan dengan mudah kita terima begitu saja, apalagi menyebarkannya kembali dengan maksud agar orang lain juga tahu. Hendaknya kita telusuri dahulu kebenaran informasi yang didapatkan. Allah yang menyuruh kita untuk tabayyun, mencari kejelasan informasi dalam Quran surah An-Nisaa ayat 94, atau menanyakan informasi langsung kepada yang mengerti ilmunya.

“ …. Maka tanyakanlah kepada orang yang berilmu jika kamu tidak mengetahui” QS Al-Anbiya : 7

3.      Tidak saling mencela/menggunjing
Memang seringkali tidak mudah menahan godaan untuk tidak mencela, terlebih jika diri pribadi yang diserang. Tetapi hendaknya kita selalu mengingat kaidah yang Rasulullah Muhammad SAW ajarkan :

mankana yu’minu billah wal yaumil akhir, fal yakul khairan au liyasmuth”
(barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaknya berkata yang baik atau diam).

Dengan memegang teguh hadist tersebut maka hendaknya kita pastikan postingan atau komentar yang kita buat bermanfaat, dan jika dirasa tidak bisa, maka diam.

4.      Menasihati sesuai adab
Ketika kita temukan teman kita berlaku buruk, hendaknya kita meluruskannya dengan memberi nasehat. Karena Allah memerintahkan untuk saling menasehati dalam Surah Al-Ashr. Menasehati yang baik adalah secara personal, bukan di depan umum sehingga mempermalukan.

Tidak ada kebaikan besar, tanpa kebaikan kecil. Mulailah dari diri sendiri untuk berakhlakul karimah di media sosial, menjadi contoh kebaikan sambil kemudian perlahan mengajak orang lain.

Referensi :
Al- Qur’an dan terjemahannya. 2008. Departemen Agama RI. Bandung : Diponegoro


Essai yang dibuat seketika saat lomba Essai Competition IQF Olympiad TS 7 IQF, 
Alhamdulillah mendapat juara ke-2


Tujuan hidup di bumi

Mengapa kita tercipta di dunia ini? Heh, kok tercipta, kesannya kalo gitu kita ada begitu aja tanpa ada yang menciptakan. Baiknya gunakan &q...