Sangat
menyenangkan ketika bisa mendapatkan hikmah dari setiap peristiwa yang terjadi
dalam hidup kita, termasuk yang saat ini ku rasakan adalah mendapat hikmah
ketika membaca QS At- Tahrim. Sebenarnya surah sudah cukup familiar bagiku,
karena sudah sejak dua tahun lalu aku hafal surah ini. Semula yang aku tahu
surah ini berisi tentang perintah untuk menjaga keluarga dari api neraka dan
juga perintah untuk senantiasa bertobat dengan taubat nasuha (taubat yang
semurni- murninya). Ternyata ketika membacanya kembali aku tersadar bahwa
memang surah At- Tahrim
berisi tentang kehidupan berkeluarga.
Dimulai dengan kisah Rasulullah SAW dengan para istrinya dimana timbul
kecemburuan yang berlebihan dari istri- istri Nabi hingga Allah pun mengurnya
dengan ayat- ayat suci-Nya.
Dari asbabun
nuzul yang aku baca, ternyata kronologis peristiwanya diawali dengan Nabi
Muhammad SAW yang meminum madu di rumah Hafsah sambil bercerita suatu hal. Tapi
kemudian, Hafshah menceritakan itu kepada Aisyah, hingga akhirnya Aisyah dan
Zainab cemburu berlebihan sampai- sampai membuat Nabi SAW hendak mengharamkan
apa yang dihalalkan baginya, dalam hal ini meminum madu. Kemudian Allah
mewahyukan kepada Nabi SAW tentang perbuatan Hafshah bercerita, hingga membuat
dia kebingungan mempertanyakan siapa yang memberitahukan hal tersebut, hal ini
tertulis di ayat 4. Nampaknya kecemburuan yang timbul di antara istri- istri
Nabi SAW terdengar hingga ke luar rumah, hingga Umar mengatakan bahwa Allah
bisa saja menggantikan mereka dengan yang lebih baik untuk menjadi istri- istri
Nabi SAW, lalu turunlah ayat ke 5 yang berisi sesuai dengan perkataan Umar ra.
Jadi bisa
diketahui bahwa yang mendapat teguran adalah semua pihak, Hafshah, Aisyah, dan
Zainab.
Pada Surah At-
Tahrim terdapat dua perintah terakhir (menurut urutan surah- surah di Quran)
yang diawali dengan seruan (Wahai orang- orang beriman), yaitu di ayat 6 dan 8.
Ayat 6 berisi tentang perintah untuk menjaga diri sendiri dan keluarga dari
neraka, sedangkan ayat 8 berisi tentang perintah taubat dengan taubat nasuha.
Pada ayat 6 juga disertai dengan ancaman bahwa bahan bakar neraka bukan hanya
batu, tapi juga manusia, yaitu manusia- manusia yang ingkar, yang banyak
dosanya. Dijelaskan juga karakteristik Malaikat penjaga neraka yaitu keras,
kasar, dan taat kepada Allah.
Pada ayat 7 dan
9 Allah menyebut orang- orang kafir dan munafik. Tapi aku masih belum bisa
menghubungkan dengan isi surat keseluruhan tentang rumah tangga ini.
Kemudian ayat 10
dan 11 menjadi penegasan bahwa keimanan setiap orang itu tidak bergantung
dengan keimanan orang lain dengan mengisahkan istri- istri Nabi Nuh dan Nabi
Luth yang kafir, dan Asiyah istri Firaun yang beriman kepada Allah.
Bukan berarti
perintah di ayat 6 untuk menjaga keluarga dari neraka adalah sia- sia. Hal yang
harus dipegang teguh di sini adalah tetap perlu adanya usaha menjaga keluarga
dari neraka dengan mendakwahi, menasehati mereka. Meski pada akhirnya mereka
tetap tidak mendengarkannya. Jangan sampai tidak ada upaya sama sekali yang
kita lakukan ketika mengetahui ada perbuatan maksiat yang dilakukan keluarga
kita. Hal ini sama dengan orang- orang yang tetap kafir setelah didakwahi Nabi.
Yang menjadi kewajiban adalah menyampaikan kebaikan tersebut sedang terhadap
hasilnya itu urusan Allah, berlepaslah orang yang mendakwahi, telah gugur
kewajibannya, dan tidak menjadi pengaruh buruk bagi dirinya kelak (tidak
menjadikan dia dapat turut ditarik ke nereka oleh keluarganya yang kafir).
Dan ayat
terakhir adalah tentang Maryam ibunda Nabi Isa as, dan sama, aku juga masih
belum bisa menghubungkannya dengan tema utama surah ini, ataupun sekedar dengan
ayat- ayat lainnya.
Allahu’alam.
Kalau ada yang mendapat hikmah lainnya setelah membaca surah ini, tolong
sharing yaa!
9 Syawal 1440 H
13 Juni 2019
Tidak ada komentar:
Posting Komentar