Minggu, 30 September 2018

Refleksi Diri

Sebaik- baik manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia lainnya, lalu apa manfaat yang telah dirimu berikan bagi orang lain, bagi keluargamu, ayah ibu, adik- kakak kandungmu, tetanggamu, teman- temanmu?

Terkadang kita terlalu berfokus pada diri kita sendiri, sampai- sampai lupa dengan sekitar. Keegoisan itu bukanlah cerminan muslim. Tapi dalam dirimu masih saja bersarang keegoisan itu. Bukankah kau sadar akan hal itu? Berubahlah sebelum terlambat, sebelum penyesalan di hari perhitungan segala amal. Di mana penyesalan atas kesalahan tak ada gunanya lagi, tak akan bisa diperbaiki kembali.

Belum tentang memberi kebermanfaatan bagi sekitar, masih tentang bagaimana mengalahkan ego diri. Dengan begitu dapat dikatakan bahwa dirimu masih lah pada level rendahan, yang ujiannya belumlah berat, masih berkutat pada diri sendiri, sedangkan orang lain, sekitarmu mereka diuji dengan ujian yang jauh lebih berat. Sampai kapan mau terus tak naik kelas, bangkitlah dan perbaiki diri, dan semoga benar- benar bisa lulus dari ujian yang satu ini. Lulus bukan sekedar lolos, lulus dengan hasil yang gemilang, hingga muncul ujian baru, kemudian lulus lagi, dan muncul lagi ujian, begitu seterusnya sampai malaikat maut menjemput.

Kebermanfaatan adalah tentang orang lain, bukan lagi tentang diri pribadi. Kebermanfaatan tak akan mungkin dicapai oleh pribadi yang egois. Jika kita hanya focus pada diri sendiri, tidak akan ada habisnya, tapi ketika kita memikirkan orang lain dan sekitar, banyak pelajaran yang bisa kita ambil.

Setiap yang bernyawa pasti akan merasakan kematian. Setiap makhluk tanpa terkecuali si malaikat pencabut nyawa, Izrail akan merasakan kematian. Tinggallah Allah satu- satunya Zat yang Maha Hidup, yang tak akan pernah mati. Dia lah yang Maha Kuasa atas segala sesuatu, apa pun halnya.

Setiap pribadi yang mengimani Allah dan Rasul SAW tentu paham dan yakin bahwa hari akhir itu adalah haq, benar adanya. Begitu juga kematian di dunia ini, serta kehidupan akhirat kelak. Bahkan mereka yang tersesat dan juga dimurkai Allah pun paham dan yakin adanya kehidupan akhirat. Tapi, apakah hal yang mampu menjadikan kita seringkali masa bodo akan hal- hal yang jelas pasti tersebut. Kita masih saja melakukan maksiat, padahal paham betul bahwa mati itu anytime, anywhere. Begitu lancangnya berbuat dosa, meski paham Allah Maha Melihat dan Maha Mengetahui.

Parahnya lagi, ketika sudah diingatkan, bukannya sadar malah memaki yang menyadarkan. Membantah setiap kebenaran yang disampaikan, padahal paham juga bahwa yang disampaikan adalah kebenaran.Memang manusia tempatnya lupa, seringkali khilaf. Tapi ini sudah disadarkan, tak kunjung sadar juga.

Ya Allah, maafkan kami yang seringkali lupa dan lalai akan Kuasa-Mu. Maafkan kami yang tak segera memenuhi panggilan-Mu karena kesombongan kami yang merasa diri sangat sibuk.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tujuan hidup di bumi

Mengapa kita tercipta di dunia ini? Heh, kok tercipta, kesannya kalo gitu kita ada begitu aja tanpa ada yang menciptakan. Baiknya gunakan &q...