Jaga
hubungan dengan orang lain. Allah dan Rasul-Nya memerintahkan
untuk menjaga tali silaturahmi kan! Perbedaan itu hal yang wajar, bahkan ketika
sampai berujung pada perselisihan dan pertikaian. Tapi semuanya tentu ada
batasnya. Dan lagi, Allah dalam firman-Nya menyandingkan iman dengan upaya
menyatukan kembali sesama orang beriman yang berselisih, tengok Al-Hujurat :
10, Setiap mukmin itu bersaudara, maka damaikanlah saudaramu yang berselisih.
Jangan
sampai kita tidak mengetahui kondisi sekitar kita sendiri.
Kondisi orang tua, adik, kakak, tetangga, dan teman, Mari perbaiki hubungan
dengan orang lain. Hapuskan segala kebencian yang turut melahirkan prasangka
buruk. Jalin silaturahmi bahkan dengan mereka yang menampakkan ketidaksukaannya
padamu.
Lihatlah
sekelilingmu, umat menunggu dakwahmu.
Maksiat masih terjadi di
sana sini. Generasi muda kian terjerumus dalam jurang kehancuran. Pergaulan
bebas yang begitu marak dengan pemicu pacaran. Games online yang kian
memperparah kondisi dengan membuat lalai terhadap sholat. Tayangan- tayangan
yang tidak berfaedah dan tidak pantas menjadi tontonan yang lumrah bagi anak-
anak. Entah itu tayangan yang membuka aurat, kekerasan, atau adegan pacaran,
Umat kian dihancurkan dengan pemikiran- pemikiran yang memecah belah kesatuan.
Jangankan untuk bersatu dalam nilai keislaman, untuk hal yang wajib seperti
sholat masih dilalaikan. Bagaimana berharap mereka yang awam dapat berislam
dengan baik, jika penghafal quran yang harusnya terjaga ruhiyahnya saja masih
mengenyampingkan perkara segera menyongsong waktu sholat.
Ego diri semakin
meninggi. Tak mau bersusah payah sedikit membantu mengurusi urusan orang
banyak, dengan dalih urusan sendiri yang belum terselesaikan. Jika begitu
terserah pada diri masing- masing, yang jelas, ada atau tidaknya dirimu dalam
barisan dakwah, Islam tetap akan berjaya.
1
Oktober 2018
Menjelang
pertambahan umur yang sejatinya adalah semakin sedikit kesempatan beramal
sholeh, kematian semakin dekat. Di asrama yang selama 2 tahunan lebih aku
tinggali.
Rupanya belum semua
aktivitas ku lakukan karena Allah. Masih banyak hal yang dilakukan tanpa
menyebut nama Allah. Masih sedikit bibir ini mengucap syukur atas segala
nikmat-Nya, apalagi atas segala ketetapan-Nya yang tidak sesuai keingingan
diri. Setiap kali masalah menerpa, rasanya belum selalu Allah menjadi tempat
curhat utama. Lebih sering malah mengeluhkan, atau buruknya malah bercerita ke
orang lain, bergantung kepada orang lain, apalagi kepada lawan jenis. Ya Allah
betapa buruknya diri ini, hamba mohon ampun atas segala kelalaian ini. Memang
mungkin bagi orang beriman kebanyakan, kesalahan ini adalah hal yang kecil dan
ringan. Tapi bukankah tak akan bisa tercapai hal yang besar tanpa
tertuntaskannya hal yang kecil. Bagaimana bisa berharap mendapat Jannah-Nya,
jika menyebut nama-Nya saja masih sering lupa. Ketika kita lupa atas suatu hal,
artinya kita masih belum menganggap penting hal tersebut. Lalu bagaimana bisa
kita lupa kepada Zat yang paling penting dalam kehidupan kita, Sang Maha
Pencipta yang Maha Kuasa.
Ketika diri sakit, kita
segera berobat ke dokter dan akan tenang ketika kembali dari dokter,
sangatyakin bahwa kita akan segera sembuh karena telah berobat ke dokter.
Padahal, bukankah Allah yang sebenernya menyembuhkan? Dokter hanyalah menjadi
perantara.
Kelas
Fiskom II
Ternyata buku yang
ditunda penyelesaian membacanya tinggal menyisahkan judul terakhir. Jika saja
aku bersabar untuk membacanya sedikit lagi, buku itu sudah terselesaikan sejak
tadi, dan bisa berlanjut membaca buku lainnya. Hikmah : Jangan mudah menyerah,
tingkatkan kesabaran ketika melakukan suatu hal yang tak kunjung usai sampai
benar- benar mendapatkan hasilnya. Dalam berdakwah dan ketaatan kepada Allah
tak ada kata istirahat, tak ada waktu untuk rehat dalam menggapai cita,
teruslah berjuang sampai tergapai cita itu, jika memang ingin lebih cepat
menggapainya, ketika menunda tentu akan membuat lebih lama tercapainya
kesuksesan.
Hendaknya kita selalu
berbaik sangka kepada pekerjaan baik yang dikerjakan orang lain. Jangan pernah
mencoba menerka, apalagi menjudge isi hati seseorang. Kita hanya bisa menilai
dari yang zhohir saja, hanya Allah yang Maha Mengetahui apa yang sebenernya
tersembunyi di balik hati masing- masing hamba. Teman kita berbuat baik.
Harusnya kita senang, terlepas dari niat sebenernya. Karena kita memang tidak
bisa tau niat dia yang sebenernya. Terlebih sebagai seorang dai yang
menyebarkan nilai Islam. Bukankah memang keinginan kita adalah turut
menyadarkan orang lain agar mau melakukan amal sholeh. Jadi ketika ada teman
kita yang berbuat baik, pantasnya kita senang, dan mengcounter prasangka buruk
yang muncul dari dalam diri atau dari teman kita yang lainnya.
Manajemen diri itu sangat
penting, ketika manajemen diri tidak baik, salah- salah bisa merugikan orang
lain. Manajemen diri itu mencakup keseluruhan aspek, tak hanya aspek
kepribadian, tetapi juga tentang bagaimana mengelola emosi, mengelola setiap
kegiatan, mengelola keuangan, dsb. Sejatinya meski masih berlabel ‘diri’, tapi
tetap bersinggungan dengan orang lain. Karena diri kita juga termasuk himpunan
bagian dari suatu masyarakat.
Kelas
Biofisika
Sudah tawaran ketiga
untuk menjadi MC dalam 1 bulanan terakhir ini. Setelah 2 tawaran sebelumnya
yaitu MC MAM, dan MC Seminar UIQO aku tolak secara halus dengan alasan- alasan.
Kini tawaran ketiga untuk menjadi MC GO UIQO. Sejatinya memang di jadwal
tersebut aku ada kelas, tetapi karena fisika medis sedang ada agenda
internasional, maka kelas digantikan dengan agenda tersebut. Aku memang
memutuskan untuk tidak ikut serta pada acara tersebut dikarenakan bertepatan
dengan pergelaran UIQO. Jadi memang tak ada alasan untuk menolaknya.
2
Oktober 2018
Sholat benar- benar
menjadi penentu baik tidaknya seseorang. Jika memang sholatnya benar harusnya berakhlak
baik, tidak mudah emosi dsb. Lalu tengok dirimu yang mudah sekali tersulut
emosi, seringkali bertutur kasar, berarti ada yang salah dengan sholatmu. Maka
benarlah qiyadah itu, pesannya singkat tapi benar- benar mengena. Perbaiki sholat!
Khusyuk, terbebas dari pikiran lain selain memikirkan Allah saat sholat.
Khusyuk memang susah, tapi ada langkah yang bisa diikuti agar bisa mencapainya.
Yaitu dengan mengusahakan sholat di awal waktu secara berjamaah dan tentunya
dengan pakaian terbaik.
Teringat kembali dengan
orang Korea itu. Allah seringkali mengirimkan para penyampai pesan ketika aku
memang sedang jatuh- jatuhnya, saat diri sedang hancur- hancurnya bermaksiat.
Dulu ada orang dengan pakaian serba putih yang tiba- tiba mengingatkan perihal
membaca Quran di Hp di saat kondisi diri yang sebelumnya terpuruk. Hari itu
juga luar biasa, Rabu lalu, seorang yang mengaku dari Korea tiba- tiba
menghampiriku yang sedang berdiri menunggu maba 2018 di rotunda. Singkatnya,
dia benar- benar menohok dengan mengatakan, Indonesia bagus agamanya, semua
orang beragama, tapi kenapa sampah masih dimana- mana, danau kotor, masih
banyak koruptor? Jangan munafik dia bilang, kalo ingin maju, cukuplah taat pada
Allah. Benar, munafik. Aku merasa munafik. Di depan khalayak tampak alim, tapi
ketika sendiri sering tak terkendalikan. Ya Allah, aku bersyukur disadarkan
kembali lewat orang Korea yang ku yakin itu juga atas kehedak-Mu sehingga
akhirnya bisa menemuiku.
Jangan merasa bangga
diri. Hati- hati dengan pujian yang datang. Salah-salah membuat pahala terbakar
habis. Jika memang ikhlas, pujian dan cercaan akan sama dipandangnya. Bagaimana
dengan dirimu? Kemarin malam dipuji, tengok hatimu, adakah dia melonjak kesenangan
atau tetap dalam koridornya. Nampaknya memang diriku yang masih belum bisa
ikhlas beramal. Baru terkena sedikit pujian seperti melayang. Melawan senyum
yang keluar mesem- mesem karena nama disebut aja kau tidak mampu.
3
Oktober 2018
Kemaren malam, tepat
sebelum waktu sholat isya, muncul lagi sebuah kesempatan untuk mengakselerasi
diri. Suatu acara talkshow dengan pembicara tiga ustadz kembar yang belakangan
santer namanya di acara yang dilangsungkan oleh Nurani FKM. Memang sih hanya
jadi pengganti Haekal (Ketua FSI FISIP) yang tiba- tiba berhalangan hadir.
Karena hal itu pula lagi2 aku menganggap belum waktunya untuk menjadi moderator
dengan pembicara kondang seperti mereka. Jadi aku berusaha untuk mencari orang
yang lain yang memang jelas berkompeten. Namun, apa boleh dikata, orang- orang
yang kuhubungi semua telah punya kesibukan di waktu yang diminta tersebut.
Hingga akhirnya Alhamdulillah ternyata Ariswan menyanggupi, padahal yang aku
tau dia ada kelas di waktu tersebut. Langsung saja ku chat lewat grup PI
terkait hal tersebut. Dan memang ternyata Ariswan belum mengecek kembali
jadwalnya di hari tersebut. Memang dasar Ariswan, Tapi luar biasanya siang
menjelang dilangsungkan acara tersebut, Ariswan bilang bahwa kelasnya
dibatalkan karena semua dosen Geografi sedang ada agenda. Ada pelajaran yang
bisa kuambil yang luar biasa. Kadang,
bukan tentang kualitas diri kita yang tidak memadai, bukan lagi itu yang kita
pertimbangkan, tapi niat untuk menolong teman. Dan dengan begitu, Allah yang
akan mampukan. Terima kasih teman, kau telah semakin menyadarkan diri ini
untuk mencoba mengambil setiap kesempatan berbuat baik. Meski diri tidak mampu,
belum berpengalaman tapi Allah yang sudah menggariskan, jika memang baik Allah
yang akan mampukan, bukankah Allah yang mengatakan bahwa tidak akan membani
manusia melebihi kemampuannya. Maka atas dasar pertimbangan itu pula, akhirnya
aku mengambil tawaran yang lebih mendadak lagi untuk menjadi pembicara di acara
FUSI 2018 (acaranya 30 menitan lagi, dan aku masih di asrama, okee segera
berangkat.)
Menjadi pengisi acara
pengganti bersama sang ketua rohis (Nafiys) dan ketua BPM (Ahsa) cukup
menyenangkan. Gak kerasa karena memang waktu 60 menit sangatlah sebentar untuk
tiga orang pembicara. Ruangan seminar pun tidak dipenuhi keseluruhan peserta
karena ada kelas yang dipindah jadwal, yaitu kelas fisdas pak Lingga. Ada yang
senang bisa kelas, tapi tadi aku menyaksikan ada yang kecewa tidak bisa
mengikuti kegiatan FUSI. Singkat cerita waktu Zuhur tiba dan selesai acara beberapa
menit setelah waktu Zuhur, masih belum bisa tepat waktu selesai Zuhur. Kegiatan
FUSI berlanjut setelah makan siang. Para peserta dibagi kelompok berdasarkan
kelompok mentoring keagaman yang sudah dibentuk sejak PSAF untuk kemudian
melukis ayat favorit yang akan didakwahkan ke warga MIPA. Luar biasanya
kelompok yang ku ampu ini adalah : di saat kelompok lain hanya berani
menuliskan ayat- ayat yang “adem”, tentang ammar ma’ruf, kelompok 1 dan 2
justru memilih ayat Quran Surat Al-Israa ayat 32 tentang larangan mendekati
zina.
5
Oktober 2018
Ternyata terlewat satu
hari, entah karena memang terlalu sibuk atau sok sibuk. Pagi sekali membantu
teman2 fisika medis mempersiapkan acara IPC (Imaging Physics Course) yang diisi
oleh tokoh- tokoh ahli fisika medis internasional. Sebagai seorang mahasiswa
fisika yang mengambil peminatan fisika medis, seharusnya aku antusias untuk
terlibat baik menyimak setiap kuliah yang diberikan, bahkan dalam membantu
terlaksananya acara, karena memang aku juga diamanahi menjadi ketua angkatan
fisika medis 2017. Di lain sisi, aku juga memiliki amanah sebagai ketua Lembaga
dakwah fakultas yang juga sedang sibuk- sibuknya. Pada setiap amanah pasti ada
kecenderungan, tak ubahnya urusan hati terhadap pasangan. Jika tidak percaya
cek saja QS An-Nisa ayat 129 bahwa tidak akan bisa berlaku adil terhadap setiap
pasangan, pasti ada kecenderungan. Tapi yang terpenting, tidak membiarkan
setiap amanah terabaikan. Prioritas dan kecenderungan pasti ada, tapi jangan
sampai membuat kita abai terhadap salah satunya. Tetap berikan porsinya masing-
masing, jangan benar- benar ditinggalkan. Dan bagiku sudah cukup membantu di
hari pertama kemarin. Meskipun itu juga hanya setengah hari.
Janji itu adalah suatu
hal yang wajib untuk ditepati, terlebih bagi seorang muslim. Karena Allah dalam
kalam-Nya yang mulia, Al Quran berfirman bahwa salah satu ciri orang bertakwa
adalah menepati janji, (silahkan buka QS Al Baqarah ayat 177). Maka seharunsya
sebagai orang yang mengimani Quran, turut menjalankan rambu- rambu tersebut.
Apalagi bagi seorang aktivis dakwah yang seharusnya lebih sering berinteraksi
dengan Quran, maka seharusnya dalam pelaksanaannya juga harusnya lebih baik
dari mereka yang masih jarang. Tapi sayangnya itulah yang justru jadi
permasalahan aktivis dakwah saat ini. Permasalahan yang seperti sepele, tapi
sebenarnya tidak sepele. Ketika dalam sholat saja kita bisa tepat waktu, kenapa
tidak bisa untuk janji- janji kita, terlebih yang berhubungan dengan orang
lain. Atau jangan- jangan untuk urusan sholat saja kita masih abai dan lalai.
Kalau seperti itu ya pantas saja sering abai terhadap janji juga. Sholatnya
tepat waktu kok, iya tepat waktu, tapi tetep ada yang salah. Yuk perbaiki lagi
urusan sholat kita. Itu bisa jadi solusi yang baik, dimana ibadah mahdah yang
kita kerjakan bukan sekedar ibadah tanpa ada hikmah yang bisa diambil. Dan
dalam urusan kedisiplinan, sholat mencerminkan banyak peran penitng. Jika
sholatnya benar, maka harusnya tepat waktu dalam urusan lainnya, selalu tampil
dengan keadaan terbaik, dan juga mempersiapkan setiap urusan yang akan
dijalani. Rajin membaca Quran, maka harusnya rajin juga membaca berita, membaca
materi kuliah, dsb.
7
Oktober 2018
Masih tentang tanggal 5.
Bagi orang- orang kebanyakan, menggenapkan umur merupakan suatu yang istimewa,
hari jadi katanya. Banyak yang merayakannya dengan senang- senang, pesta ria,
mentraktir dsb. Bagiku tak ada yang istimewa di tanggal 5 kemarin, kecuali
karena bisa berkontribusi untuk mensyiarkan Quran di Murottal Time dan menjadi
mc di GO UIQO 2018 dengan pembicara istimewa Dr. Amir Faishol Fath dan Yusuf
Mansur. Banyak memang ucapan selamat ulang tahun dari sana sini. Ada yang
mendoakan ada juga yang sekedar mengatakan HBD. Tapi aku tak mau mendebat,
hanya sekedar balasan terima kasih yang terlontar.
Skip lagi satu hari di
tanggal 6. Kemarin adalah hari H penyisihan UIQO 2018. Tahun ini aku masih
berkesempatan menjadi kontingen mewakili FMIPA di cabang 2 dan 5 juz. Senang
bisa berprogress 3 tahun terakhir. Tahun 2016 di cabang tartil. Tahun 2017 di
cabang hifzhil 1 juz. Banyak pelajaran yang bisa ku dapat. Akhlak itu paling
penting. Dan aku yang katanya penghafal Quran, apalagi seorang ketua Lembaga dakwah
ternyata masih belum bisa mencerminkan akhlak terbaik. Kemarin saat lomba begitu santainya sampai-
sampai ingin naik ke panggung saja loncat tangga. Parah memang jika
diingat-ingat kembali. Semoga tidak terulang, semoga bisa menjadi lebih baik
lagi.
Berbuat baik memang
seharusnya tulus tanpa mengharap balasan, termasuk sekedar senyuman. Hari ini
aku berkesempatan mengikuti perlombaan Quran Festival di Poltekkes II Jakarta
cabang 5 juz. Di luar dugaan, ternyata pesertanya cukup banyak, sekitar 23 orang.
Saat acara lomba telah berlangsung, aku mendapati ada peserta yang duduk di
lantai, di samping tempat aku duduk. Dia berusaha untuk mendengar murottal di
tengah lomba dari hpnya, tapi sayang ternyata dia tidak membawa headset.
Langsung saja ku pinjamkan headsetku. Kemudian ku coba untuk membantu
mencarikan tempat duduk dengan meminta panitia membawakan kursi tambahan. Sudah
ada kursi tambahan, dia tak juga mau duduk, karena posisinya memang di depan.
Akhirnya aku pindah duduk di depan dan alhamdulillah usaha ku tidak sia- sia.
Sebenarnya momennya ada ketika proses meminta kursi tambahan. Seorang panitia
ikhwan yang ditugaskan memasukkan kursi tambahan memilih untuk makan terlebih
dahulu karena melihat sedang berlangsungnya penampilan seorang peserta. Tapi
tiba- tiba peserta tersebut selesai dan panitia akhwat kebingungan memasukkan
kursi tambahan tersebut. Langsung saja ku tawarkan diri memasukkan kursi
tersebut, karena memang aku lah penyebab didatangkannya kursi tersebut.
Ternyata memang kursinya cukup berat. Si panitia akhwat sebenernya terlihat
tidak enakkan. Tapi aku tetap mengangkatnya, lagi- lagi karena memang akulah
yang meminta kursi tersebut dan memang aku juga ingin masuk ke ruangan lomba
sedangkan kursi tersebut menghalangi jalannya masuk. Entah apa yang ada di
benak akhwat tersebut, yang sedari awal ku melihat terlihat gugup, tak
menampakkan senyum (aku perhatikan karena memang dia pj mhq) kini tersenyum.
Apakah niatku sudah tergerus?? Sudah bengkok?’
8
Oktober 2018
Bangun dini hari,
tepatnya jam 3 pagi, aku dikejutkan oleh sebuah pesan berisi tautan yang
merujuk pada suatu postingan OA yang cukup mahsyur di kalangan anak UI, Draft
Anak UI. Dah gitu aja, gajadi nerusin.
Jangan jadi orang yang
malas, jangan hanya berdiam diri tanpa karya. “Passion without creation is nothing”, jika sudah menentukan
pilihan, maka harusnya terlahirlah karya- karya dalam hidup kita. Aku memang
mahasiswa fisika, terkhusus fisika medis. Namun, kini aku merasa bahwa fisika
bukanlah passionku. Ada hal lain yang memang ku utamakan, sewajarnya diutamakan,
sangat luar biasa, dan Alhamdulillah orang tua juga mendukung, yaitu Al Quran.
Ya, banyak perubahan pada orang tua ku, termasuk pandangan keduniawian menjadi
akhirat. Dari yang menuntut anaknya untuk mencari uang sebanyak- banyaknya
setelah lulus kuliah, menjadi orang yang kini justru menekankan yang terpenting
adalah Quran, hafalan Quran. Baiklah, jika memang Quran adalah passion, adalah
pilihan yang ku ambil, lalu apa karya yang telah ku hasilkan darinya, karya apa
yang akan ku buat ke depannya. Baiklah, aku akan menargetkannya, membuat porsi
berlebih dalam bidang Quran. Menghafal, tadabbur, mengamalkannya, dan juga
mensyiarkannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar