Jumat, 25 Januari 2019

Hujan itu nikmat/rahmat, maka bersyukurlah, bukan malah mengkufurinya



Betapa banyak dari kita yang tanpa sadar mengkufuri nikmat yang telah diberikan-Nya. Kata- kata penyesalan seperti “yah”, “duh” sering terlontar dari mulut orang- orang ketika melihat tetes hujan mulai turun membasahi bumi. Atau ada juga yang menjadikan hujan sebagai alasan untuk bermalas- malasan. Seakan- akan hujan itu salah, tak tepat waktu turunnya. Pernah begitu?

Semoga saja Allah mengampuni kesalahan kita. Karena memang ternyata sesungguhnya Allah pun telah memfirmankan ketidaksukaan manusia terhadap nikmat Allah yang satu ini dalam Quran Surah Al-Furqan ayat 50.

“Dan sungguh kami telah mempergilirkan (hujan) itu di antara mereka agar mereka mengambil pelajaran, tetapi kebanyakan manusia tidak mau (bersyukur), bahkan mereka mengingkari (nikmat).”

Berhati- hatilah kawan, ketika takdir Allah tidak sesuai keinginan kita, sebisa mungkin tahan diri kita untuk tidak mengingkarinya jika memang tidak mampu untuk mensyukurinya. Karena begitu mengerikannya ancaman Allah terhadap mereka yang mengkufuri nikmatnya. Tengok saja Quran Surah Ibrahim ayat 7.

“ ….Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambahkan (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nimat-Ku), maka pasti adzabku sangat berat.”

Mulai sekarang, ketika hujan turun mari kita ucapkan hamdalah, kemudian berdoa, karena salah satu waktu mustajab untuk berdoa adalah ketika hujan turun, sehingga kita menjadi orang- orang yang bersyukur, dan semoga mendapat tambahan rahmat-Nya, bukan malah menjadi pencela yang mengkufuri nikmat-Nya.



Waktu turun hujan di jumat Pagi minggu terakhir Januari 2019
Bantaran Kali Ciliwung lembah Kapuk, Asrama Indonesia Quran Foundation

Rabu, 23 Januari 2019


Sudah memasuki kepala 2 sejak setahun lebih yang lalu, tapi apa karya yang sudah kau ciptakan?

Bukankah seringkali kau mengatakan bahwa “passion without creation is nothing”? dan bukankah kau juga tertegun oleh sebuah ungkapan yang mengatakan bahwa umur itu dinilai dari karya- karya yang diciptakan. Kau seringkali sadar tapi adakah perubahan? Apakah akhirnya kau beranjak menggapai impoanmu, membuat karyamu? Jangan- jangan kau hanya bermain- main, tidak serius dalam menggapai setiap target yang telah k au tetapkan. Hidup memang cuma sekali, maka lebih baik berarti daripada tanpa arti, berjalan begitu saja, bergantung pada takdir. Kau anggap hidupmu tanpa pilihan? Padahal Allah telah jelas mengatakan bahwa ada dua jalan pilihan manusia, jalan kebaikan atau jalan keburukan. Dan bukankah kau juga sadar bahwa tujuan penciptaanmu bukan hanya untuk beribadah kepada Allah dalam artian ibadah mahdah saja, Kau juga punya tugas untuk menjadi khalifah yang memakmurkan bumi ini demi kebermanfaatan banyak orang. Kau juga sadar dan tahu pasti bahwa umat muslim adalah umat terbaik, yang mana harusnya memiliki impian yang besar. Maka jangan begitu saja jalani hidup tanpa arah. Salah- salah kau bisa terbawa arus yang salah, tidak mau kan? Maka bergeraklah, miliki targetan, dan berpegang teguhlah, seriuslah untuk mewujudkan setiap targetan itu. Satu hal yang pasti, bahwa tak ada pencapaian tanpa pengorbanan. Ketika kau tidak merasakan rintangan, halangan, ataupun perjuangan yang perlu pengorbanan, bisa jadi kau belum berhasil mendapatkan kebaikan dari apa yang kau targetkan, atau bisa jadi targetanmu yang terlalu rendah, atau level dirimu yang masih terlalu rendah sehingga hanya diberi ujian yang mudah tanpa rintangan.

            Tantangan besar di depan mata, kau sudah bisa melihat dan membayangkannya betapa hal itu berada di luar zona nyamanmnu. Maka jangan malah berkecil hati, merasa tidak akan mampu, bahkan kau belum memulainya. Siapkanlah dirimu untuk kesempatan yang besar itu! Nikmati segala prosesnya dan yang paling penting selalu sadari bahwa Allah selalu bersamamu, apabila kau selalu bersamai-Nya.

Indonesia Quran Foundation
Menjelang waktu shubuh



Jumat, 11 Januari 2019

Kebaikan Butuh Pengorbanan


Seorang pemuda itu kalo tidak memanfaatkan momentum, ya menciptakan momentum. Tidak berdiam diri atau sekedar menjalani rutinitas tanpa adanya pembaruan setiap harinya. Cukuplah dikatakan merugi orang yang stagnan, hari ini sama dengan kemarin, atau besok sama dengan hari ini. Maka hanya ada satu cara untuk tidak menjadi orang yang merugi, yaitu selalu lebih baik dari hari ke hari. Maka dapat dikatakan sebagai orang yang beruntung. Lalu, sudahkah kita mempersiapkan progress diri, peningkatan kapasitas diri setiap harinya? Jangan sampai malah menjadi orang yang merugi atau bahkan lebih buruk lagi orang yang celaka, yaitu mereka yang hari ke depannya tidak lebih baik dari hari sebelumnya.

Ketika kita tidak mendapati momentum untuk berkontribusi, maka hanya ada satu cara yaitu berkreasi ataupun inovasi menciptakan momentum. Bukan sekedar menunggu tanpa ada hal baik yang mengisi waktu luang. Karena bisa dipastikan ketika tidak dalam kebaikan, diri kita berada dalam keburukan.

Mari bersama menjemput peluang yang hadir, ketika momentum itu datang manfaatkan dengan baik, jadikan sarana pembelajaran. Jangan takut dengan tantangan yang ada. Bukankah memang setiap naik kelas ujiannya juga semakin berat. Ketika kita hanya berkutat pada ujian yang ringan- ringan saja, artinya kita tidak pernah naik kelas. Kita hanya menjadi pecundang yang tak berani bermimpi besar. Atau mungkin hanya menjadi pemimpi, yang bermimpi besar tapi begitu lemah menghadapi realita. Usaha dan harapan harusnya seimbang. Begitulah tawakal, ada usaha ada juga pengharapan dalam bentuk doa.

Sejatinya untuk mendapatkan kebaikan itu memang butuh pengorbanan. Kita tak akan pernah menggapai kebaikan tanpa pengorbanan, bahkan jika merujuk pada kalam-Nya yang mulia, dalam surah Ali Imran ayat 92, dikatakan bahwa kita tidak akan mendapatkan kebaikan sebelum menginfakkan sebagian dari apa yang kita cintai. Bukan sekedar pengorbanan hal yang ringan yang tidak membekas, jika begitu, bukan pengorbanan namanya. Dikatakan pengorbanan jika yang diberikan atau direlakan adalah hal yang memang berharga bagi diri kita. Bentuk pengorbanan pun beraneka ragam, bisa berupa harta, waktu, bahkan jiwa. Lalu, terhadap kebaikan- kebaikan yang kita rencanakan, apakah kita sudah benar- benar berkorban? Jangan- jangan kita masih memberikan yang bukan kita cintai, pantas saja kebaikan itu tak kunjung datang.


Tujuan hidup di bumi

Mengapa kita tercipta di dunia ini? Heh, kok tercipta, kesannya kalo gitu kita ada begitu aja tanpa ada yang menciptakan. Baiknya gunakan &q...