Seorang pemuda itu kalo tidak memanfaatkan momentum,
ya menciptakan momentum. Tidak berdiam diri atau sekedar menjalani rutinitas
tanpa adanya pembaruan setiap harinya. Cukuplah dikatakan merugi orang yang
stagnan, hari ini sama dengan kemarin, atau besok sama dengan hari ini. Maka
hanya ada satu cara untuk tidak menjadi orang yang merugi, yaitu selalu lebih
baik dari hari ke hari. Maka dapat dikatakan sebagai orang yang beruntung.
Lalu, sudahkah kita mempersiapkan progress diri, peningkatan kapasitas diri
setiap harinya? Jangan sampai malah menjadi orang yang merugi atau bahkan lebih
buruk lagi orang yang celaka, yaitu mereka yang hari ke depannya tidak lebih
baik dari hari sebelumnya.
Ketika kita tidak mendapati momentum untuk
berkontribusi, maka hanya ada satu cara yaitu berkreasi ataupun inovasi
menciptakan momentum. Bukan sekedar menunggu tanpa ada hal baik yang mengisi
waktu luang. Karena bisa dipastikan ketika tidak dalam kebaikan, diri kita
berada dalam keburukan.
Mari bersama menjemput peluang yang hadir, ketika
momentum itu datang manfaatkan dengan baik, jadikan sarana pembelajaran. Jangan
takut dengan tantangan yang ada. Bukankah memang setiap naik kelas ujiannya
juga semakin berat. Ketika kita hanya berkutat pada ujian yang ringan- ringan
saja, artinya kita tidak pernah naik kelas. Kita hanya menjadi pecundang yang
tak berani bermimpi besar. Atau mungkin hanya menjadi pemimpi, yang bermimpi
besar tapi begitu lemah menghadapi realita. Usaha dan harapan harusnya
seimbang. Begitulah tawakal, ada usaha ada juga pengharapan dalam bentuk doa.
Sejatinya untuk mendapatkan kebaikan itu memang butuh
pengorbanan. Kita tak akan pernah menggapai kebaikan tanpa pengorbanan, bahkan
jika merujuk pada kalam-Nya yang mulia, dalam surah Ali Imran ayat 92,
dikatakan bahwa kita tidak akan mendapatkan kebaikan sebelum menginfakkan
sebagian dari apa yang kita cintai. Bukan sekedar pengorbanan hal yang ringan
yang tidak membekas, jika begitu, bukan pengorbanan namanya. Dikatakan
pengorbanan jika yang diberikan atau direlakan adalah hal yang memang berharga
bagi diri kita. Bentuk pengorbanan pun beraneka ragam, bisa berupa harta,
waktu, bahkan jiwa. Lalu, terhadap kebaikan- kebaikan yang kita rencanakan,
apakah kita sudah benar- benar berkorban? Jangan- jangan kita masih memberikan
yang bukan kita cintai, pantas saja kebaikan itu tak kunjung datang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar