Jika saja semua tanya ada jawabnya, lalu apa jawabmu?
Sebentar. Sebelum kau menjawab, ku ingin menyampaikan sesuatu. Maka bacalah baik- baik.
Di kesunyian malam, tanpa perjanjian kita sering bertemu. Dingin memang, tapi tak jadi masalah buat kita.
Menyampaikan pinta yang sama, sambil menyesali keadaan diri yang belum cukup baik.
Bersama, tidak, maksudku masing- masing terus berlomba menjadi lebih baik hari ke hari. Meski nyatanya tak jarang justru malah terperosok jatuh, untungnya hanya ke dalam selokan kecil tanpa isian. Dan karenanya segera melompat keluar demi mengejar ketertinggalan.
Di pagi hari, saat matahari belum menampakkan sinarnya, kita berjuang melawan kantuk yang terus hadir. Setan memang. Menghembuskan dengan tiupannya ke mata kita, mencoba membuat kita terlelap. Tapi jarang dia berhasil, dia terlalu lemah di saat kita bersama. Maksudku, aku bersama- sama temanku dan kau bersama- sama temanmu. Senangnya di saat memori kian terisi, meski itu artinya bertambah perjuangan untuk mempertahankan. Hingga sinar mentari pagi membatasi percakapan kita, memaksa untuk segera berbenah melanjutkan aktivitas harian.
Siang hingga sore hari kita isi hari dengan belajar juga mengajar, serta ajakan- ajakan kebaikan. Mengenalkan kepada mereka tentang indahnya kebersamaan dalam ketaatan, menepiskan gangguan-gangguan setan yang terus saja hadir. Bersama menebar keberuntungan. meski tak jarang timbul perselisihan di antara kita. Kau tahu kenapa? Tentu karena kepala kita yang keras. Tapi memang kepala itu keras kan.
Bertemu kembali dengan malam, bukan hanya untuk peristirahatan, meski begitu fitrahnya. Kita isi jiwa kita dengan bercengkrama kembali, melengkapi kekurangan dari targetan harian yang kita buat. Setelahnya ada pelajaran yang bersama kita ambil yang tak jarang dengan rasa kantuk, bahkan terjaga dalam mimpi. Setelahnya kita memilih untuk berisitrahat atau menyelesaikan pekerjaan.
Hidup memang tak stagnan. Waktu terus berjalan dengan kecepatan konstan, meski kelak akan ada percepatan di akhir nanti. Kita tak punya daya, hanya punya usaha. dan waktu yang akan menjadi pembagi untuk menghasilkan daya. Tapi yang ku sadari, waktu tak pernah berkurang, seperti entropi, terus bertambah. Hingga sampai pada titik tak hingga, dan daya kita benar- benar bernilai nol.
Lalu apa jawabmu?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar