Senin, 13 April 2020

Hadapi atau mati?

Masalah akan selalu ada selama kita hidup.
Maka hanya ada 2 pilihan, hadapi atau mati. Karena tak mungkin bisa kita menghindar dari setiap masalah yang ada. Menghindar maka masalah lain mengincar.
Tapi mati, mengakhiri masalah di kehidupan dunia, sayangnya siksa akhirat menanti.

Tak perlulah takut menghadapi cobaan.
Jalani saja, toh pasti akan berakhir.
Entah dengan kemenangan atau dengan kekalahan, yang jelas kita pasti akan melewatinya.

Tapi, tentu kita ingin naik kelas. Berhasil menghadapi ujian, selamat dari cobaan. Maka berusahalah, juga berharap pada-Nya. Karena tak mungkin bisa hanya doa tanpa usaha, atau sebaliknya usaha tanpa doa. Yang pertama adalah kebohongan, yang kedua adalah kesombongan.

Hadapi, insyaAllah ada jalan!
InsyaAllah kita mampu!
Karena Allah telah berjanji, bahwa Dia takkan memberi ujian melebihi batasan kekuatan sang hamba.
Tidak percaya? Hati2 malah jadi kufur!




Minggu, 12 April 2020

Aku sadar itu kini

Apakah diriku telah tertutup, ketika berulang kali masih saja melakukan kesalahan yang sama?
Adakah kesempatan bagi diri yang kurang belajar dari kesalahan sebelumnya?
Apakah memang ini jalanku yang telah ditentukan? Hidup dalam persembunyian, mati dalam kehinaan, dibakar di perapian paling panas. 

Penyesalan selalu datang belakangan. 
Tapi sampai kapan begini lalu begitu? 
Menyesal, taubat, lalu berbuat salah lagi. 

Aku takut, tak mau dan tak akan mampu menghadapi siksaan neraka. 
Tapi aku juga tak merasa pantas di surga, meski ingin. 
Ya semua orang ingin surga, tapi seringkali dusta. 
Tak sejalan antara harapan dengan perbuatan untuk mendapatkan yang diharapkan. 
Padahal semua jelas, ada aturan yang berlaku. 

Apakah kita layaknya boneka yang dipaksa bersandiwara dengan peran- peran yang ditentukan, ataukah seperti kumpulan fungsi- fungsi IF pada kodingan program? 
Yang pertama tak mungkin ada pilihan, tapi yang kedua memungkinkan adanya pilihan dan konsekuensi dari pilihan yang kita ambil. Jika begini maka begitu. Jika beriman dan baik, maka surga. Jika kufur dan buruk, maka neraka. 
Aku pilih konsep kedua. Tapi rasanya konsep pertama seirama dengan diriku. Membuat diri terus bertanya apakah memang tempatku bukan di surga?

Aku pernah menuliskan, bahwa berteman dengan orang- orang baik dan tinggal di lingkungan baik membuat diri kita menjadi baik atau sekedar terlihat baik. Jadi aku yang mana? Kamu yang mana?
Apakah memang tertular menjadi lebih baik? Atau sekedar terlihat baik tapi sebenarnya tidak baik?

Jika ada virus penjangkit kebaikan, aku harap dia menjangkitiku.
Jika pun ada, aku takut antibodiku lebih kuat, sehingga mampu membunuh virus kebaikan itu.

Kebaikan tak mungkin bersatu dengan keburukan. Aku sadar itu kini.

Selasa, 07 April 2020

Semua Ada Waktunya

Yang lalu biarlah berlalu,
Kehidupan masih terus berjalan,
waktu terus bergulir, semakin dekat menuju akhir
Kamu hidup di masa kini dan akan sampai di masa depan,
tapi tak mungkin kembali ke masa lalu.,
Bukan menguburnya dalam-dalam,
karena tentu ada pelajaran yang didapat darinya.
Hanya saja, tak baik terus menerus larut dalam kenangan.
Jika itu kenangan baik, bisa jadi melenakan diri, merasa pancapaian sudah cukup tinggi, menguatkan diri untuk bersantai.
Jika tentang kenangan buruk, bisa jadi membuat diri semakin pesimis untuk melangkah ke depam.

Semua ada waktunya,
Tapi pesanku, jangan menunggu.
Meski kata kerja, menunggu terkesan pasif.
Lebih baik bergerak dan berjuang,
menciptakan momentum jika memang tak ada yang tersedia.
Terus memupuk diri, menjadi lebih baik dari hari ke hari.
Bukan dengan bandingan dia, dia, atau dia, 
tetapi diri sendiri, si musuh terbesar sebenarnya.
Dengan berkarya, terus menebar manfaat.
Hingga kelak tiba waktunya,
giliranmu dipanggil.

Entah yang mana yang menghampiri lebih dulu,
apakah jodoh atau ajal,
yang jelas semua ada waktunya.


Tujuan hidup di bumi

Mengapa kita tercipta di dunia ini? Heh, kok tercipta, kesannya kalo gitu kita ada begitu aja tanpa ada yang menciptakan. Baiknya gunakan &q...