Selasa, 31 Juli 2018

Oh Aktivis Dakwah Kampus

Oh Aktivis Dakwah Kampus
Aktivis, mereka yang sejatinya memiliki kesibukan selain hanya belajar di kelas. Lebih dari itu, kesibukan yang dilakukan bukanlah untuk kesenangan dirinya sendiri. Mereka lakukan banyak rapat untuk membahas kesejahteraan orang banyak. Mereka yang rela mengorbankan sebagian waktunya, bahkan hampir seluruh waktunya untuk orang lain. Tak hanya waktu, tapi juga tenaga dan harta mereka rela berikan.

Kemudian dipadukan dengan ‘Dakwah’, ya sejatinya mereka juga seorang dai yang mendakwahkan nilai-  nilai Islam. Dengan berbagai cara, proker, agenda yang mereka buat, mereka dakwahkan Islam ke setiap kelompok. Kelompok yang tak lain juga bagian dari sivitas akademika, karena mereka melekatkan dirinya pada kata ‘kampus’.

Aktivis Dakwah Kampus bercita menjadikan lingkungan kampus yang menjunjung tinggi dan menerapkan nilai- nilai Islam. Madani katanya. Lalu juga berharap dapat mempengaruhi setiap sivitas akademika agar menjadi pribadi yang berafiliasi kepada Islam. Sehingga nantinya terbentuk keluarga, masyarakat, dan negara yang madani, yang menerapkan nilai- nilai Islam. Sungguh cita-cita yang mulia. Mengajak orang lebih dekat pada-Nya. Menyelamatkan sebanyak mungkin orang dari siksaan neraka, dan mengajaknya menuju surga-Nya.

Tapi, benarkah begitu? Benarkah para Aktivis Dakwah Kampus menerapkan Islam seteguh ucapannya, sekuat ajakannya, semegah agenda yang dibuatnya? Keteladanan menjadi hal yang sulit ditemui kini. ADK yang sejatinya pantas menjadi role model dengan segala cita besar dan nilai yang dibawanya, justru layaknya seorang munafik kini. Perbuatan yang tak mencerminkan apa yang selalu dibicarakan, tentang Islam yang tinggi dan mulia. Yang tak sejalan dengan ibadah yang rutin dikerjakannya. Bahkan mirisnya, ibadahnya juga tak baik. Sholat selalu diakhirkan, puasa hanya untuk mengirit, mengaji Quran hanya di sela- sela sempit yang hampir terlupa setiap harinya.

Benarkah waktu yang ada dihabiskan untuk memikirkan umat? Atau malah justru untuk kesenangan pribadi yang bahkan tak ada nilainya sama sekali bahkan untuk diri sendiri. Waktu luang diisi dengan main games, stalking ig, atau sekedar nonton film yang kurang muatan nilai- nilai kehidupan.

IP dan IPK yang nyaris nasakom. Tapi tak kunjung dijadikan hal yang serius untuk dibenahi. Jika terhadap urusan diri sendiri saja belum selesai, mana bisa menyelesaikan masalah umat yang banyak ini. Lebih, lebih ada yang masih tak bisa mandiri. Uang kuliah dari orang tua, jajan dari orang tua, semua masih dari orang tua. Tapi tak kunjung sadar diri untuk mulai bekeja menghidupi diri. Parahnya lagi, keluarga di rumah seakan dilupakan. Menjadi aktivis ya hanya di kampus, di lingkungan beda cerita. Di kampus jago orasi dan retorika, tapi di lingkungan seperti pengantin yang sedang dipingit. Berdiam diri di rumah, bahkan di kamar saat tiba waktu liburan. Bukannya memberikan manfaat untuk masyarakat, malah banyak mengumpat tatkala masalah bermunculan. Padahal harusnya turut serta memberi solusi,

Oh aktivis dakwah kampus, sampai kapan kau seperti ini? Umat menunggu di luar sana. Menunggu keteladanan, solusi, dan kebermanfaatan dari mimpi- mimpi besar yang kau miliki. Mari segera benahi diri! Detik ini juga!

 “ Sebelum berteriak menurunkan rezim tirani yang berkuasa, lebih dulu berteriaklah untuk menurunkan syetan dalam dirimu!” Bang Bachtiar Firdaus, ADK zaman reformasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tujuan hidup di bumi

Mengapa kita tercipta di dunia ini? Heh, kok tercipta, kesannya kalo gitu kita ada begitu aja tanpa ada yang menciptakan. Baiknya gunakan &q...