Jumat, 24 Agustus 2018

Sains, Atheis, dan Iman


Banyak orang yang berpendapat bahwa sains dekat dengan atheis. Tapi tak jarang juga ada yang berpikiran bahwa sains mampu mendekatkan individu dengan Sang Penciptanya. Kedua pendapat itu tentu memiliki alasan, dan sejatinya keduanya dibutuhkan seorang saintis.

Terkait atheisme. Hal itu semata- mata untuk menjauhkan pemikiran bahwa setiap fenomena alam adalah takdir Allah, yang dengan begitu menjadikan orang malas berpikir ilmiah. Sehingga harapannya, dengan mengesampingkan alasan ‘takdir Allah’, maka akan lebih semangat dalam mengobservasi dan menemukan alasan atas setiap fenomena kehidupan ini.

Dan terkait dengan pendapat bahwa sains dapat semakin mendekatkan individu kepada Tuhannya. Hal itu dikarenakan telah banyaknya penemuan, kesimpulan, hukum alam yang sesuai dengan kitab suci-Nya. Manusia terlalu lambat dalam membuktikan fenomena alam tersebut. Tanpa sadar ternyata apa yang baru ditemukannya, telah tertulis dengan jelas maupun tersirat dalam kitab suci buatan-Nya. Atau bahkan ada yang bermula dari pembuktian kebenaran fenomena alam dalam kitab suci. Tentu keduanya akan semakin menambah iman orang- orang yang bersinggungan langsung dengan kebenaran itu.

Sebagai seorang pemuda muslim, hendaknya kita beriman dengan teguh. Kita telah mengetahui dan yakin bahwa kitab suci-Nya adalah benar. Maka cukuplah meningkatkan rasa ingin tahu, ketimbang berpikir layaknya ateis. Kita teliti, amati kebenaran kitab suci bukan untuk membuktikan kebenarannya untuk diri kita, tapi untuk membuktikannya pada semua manusia. Dan dengan harapan, akan lebih banyak lagi yang akhirnya beriman dengan penemuan- penemuan ilmiah yang kita capai.

Sebagai seorang muslim sejati, karakter yang penting kita miliki adalah keberanian memiliki impian yang besar. Allah telah menjelaskan bahwa kita adalah umat terbaik dalam firman-Nya pada AlQuran surah Ali Imran ayat 110. Dan Rasulullah Muhammad SAW bersabda bahwa sebaik- baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya. Maka memiliki impian besar adalah kewajaran, bahkan keharusan bagi setiap muslim, terutama pemuda yang memiliki harapan hidup lebih panjang. Mimpi besar bukanlah capaian yang ditujukan untuk kesuksesan diri semata. Melainkan impian yang akan bermanfaat bagi orang banyak, yang akan semakin menyejahterakan masyarakat luas, dan semakin mendekatkan diri kepada Allah.

Melalui sains dan perkembangan teknologi terkini, masih banyak ladang kontribusi mewujudkan impian besar itu. Pemuda muslim harus meningkatkan wawasan diri dan budaya observasi yang dengannya akan lahir karya- karya baik guna menggerus konten- konten buruk di zaman millennials kini. Perkembangan teknologi yang semakin canggih, harus diikuti dengan pengembangan proteksi terhadap konten- konten negative yang dikhawatirkan merusak ketakwaan generasi muda penerus bangsa. Du acara tersebut, yaitu memperbanyak karya-karya positif dan proteksi konten- konten negatif harus dilakukan secara simultan, mengingat pesatnya kemunculan konten- konten negative.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tujuan hidup di bumi

Mengapa kita tercipta di dunia ini? Heh, kok tercipta, kesannya kalo gitu kita ada begitu aja tanpa ada yang menciptakan. Baiknya gunakan &q...