Semua santri memang manusia biasa, yang tentu ada sisi
baik dan buruk dari dirinya. Patutnya memang tidak menyamaratakan antara satu
dengan yang lainnya. Setiap orang memiliki standar yang berbeda- beda, tetapi
program tentu menuntut suatu batasan standar yang dinilai bisa dan harus
dicapai oleh setiap individu.
Dalam pelaksanaan Quran Time yang notabene merupakan
program utama Tahfizh Smart, Mahasantri Ikhwan program Tahfizh Smart 8
sangatlah beragam. Ada yang memang serius dan fokus dalam berQuran time, ada
yang dikalahkan oleh kesibukan organisasi di kampus, ada yang sibuk mengobrol,
ada yang sedikit- sedikit makan, ada yang curi2 waktu untuk chatting ataupun
mengerjakan tugas, ada juga yang dengan mudahnya dikalahkan oleh kantuk.
Meskipun sudah menginvestasikan waktunya untuk Quran
time, nyatanya masih banyak yang tidak bisa berfokus bersama Quran ketika
sedang QT. Bukankah hal tersebut seperti percuma? Buat apa meluangkan waktu
jika ternyata masih saja tidak bisa fokus dan maksimal. Barangkali tetap ada
kebaikaan, tetapi tidak maksimal, alhasil targetan tak tercapai. Dan meski
target ziyadah atau murajaah atau Tilawah tercapai tetap saja kurang, tidak
maksimal, karena yang dituju bukanlah sekedar intensitas yang dibaca, melainkan
presentase waktu dalam sehari bersama Quran.
Teman- teman seperjuangan bisa jadi penguat bagi diri.
Teman yang rajin akan turut memotivasi individu lainnya lewat keteladanan yang
ditampilkan. Semangat berlomba- lomba dalam kebaikanlah yang turut
mengistiqomahkan untuk tetap kuat bersama Quran meski telah seharian disibukkan
oleh urusan- urusan perkuliahan.
Namun, teman juga bisa jadi setan, pantas saja guru2
TAUD mendoktrinkan kepada para santrinya agar senantiasa berlindung dari godaan
setan dan teman. Di saat QT, ada saja yang sibuk mengajak temannya mengobrol,
kadang bukanlah hal yang berkaitan dengan Quran, melainkan bercandaan belaka.
Atau ada juga yang dengan santainya bermain HP atau tertidur, sehingga turut
menjadi hujjah bagi yang lainnya untuk melakukan keburukan yang sama.
Orang bisa dilihat keikhlasannya dalam berbuat dengan melihat
kondisi diri baik ada dan tidak adanya orang lain, entah yang mengawasi
layaknya SPV, atau Musyrif, barangkali juga teman- teman seperjuangan. Maka
tanyakanlah pada diri, sudahkah kamu berQuranTime karena Allah? Lalu mengapa
saat tidak ada pengawasan yang ketat dari musyrif dan SPV kamu berbuat
sesukanya, tidur, bermain hp, dsb. Sudahkah kamu benar- benar mengalokasikan
waktumu untuk Quran saat Quran Time? Mengapa masih saja sebentar- bentar
menengok HP, mengapa kantuk saja tidak bisa kau kalahkan? Dan mengapa perizinan
kau anggap hal yang remeh temeh, padahal kamu beriman?
Sejatinya, setiap santri memiliki tujuan mulia,
memiliki alasan yang kuat mengapa berasrama dan menghafal Quran. Barangkali
mereka sedang lupa, maka tugas kita hanya mengingatkan. Tetapi, apabila ketika
sudah diingatkan masih saja tidak berubah, artinya ada yang salah pada diri,
dan barangkali solusinya adalah dengan meninggalkan asrama ini.
Quran Time Malam,
19 Muharram 1441 H
18 September 2019
Aula Indonesia Quran Foundation
Tidak ada komentar:
Posting Komentar