Setiap orang itu unik, dan pada setiap kunikan ada yang baik dan ada yang buruk. Mampukah kita untuk berfokus pada kebaikan dan bukan pada keburukan? Seringkali sulit, nila setitik mampu merusak susu sebelangak memang. Lantas bagaimana bisa menjadi orang yang selalu melihat baik pada diri orang lain meskipun jelas orang itu memusuhi dirimu?
Aku beritahukan satu hal. Sebenarnya musuh diri kita itu hanya ada 2, satu di dalam diri dan satunya lagi di luar diri. Seandainya kita bisa mengatasi musuh di dalam diri, maka tak akan ada daya upaya bagi musuh dari luar diri untuk mengalahkan diri kita. Musuh di dalam diri kita adalah hawa nafsu yang cenderung mengarahkan pada keburukan, sedangkan di luar diri kita yang ada hanya godaan setan dalam berbagai bentuk. Jika kau mampu membendung nafsumu yang mengarahkanmu berbuat keburukan maka kau akan mampu mengalahkan godaan setan di luar dirimu.
Layaknya munafik dan kafir, yang tentu lebih bahaya munafik, si musuh dalam selimut, karena nampak samar- samar, sekilas terlihat muslim tapi ternyata kafir. Salah- salah ketika diri lalai, banyak yang akhirnya terbunuh oleh tusukan dari belakang diri. Seringkali bukan tusukan pedang yang mampu membunuh, melainkan pedang berupa pemikiran menyimpang yang merusak generasi. Sedangkan yang kafir hanya mampu memberikan perlawanan dari hal yang nampak jelas. Tentu ketika kau mampu mengetahui orang- orang munafik dari kelompokmu, atau mampu mengatasi fitnah- fitnah mereka, maka ukhwuah antar muslim akan semakin menguat dan akhirnya bersatu padu dan mampu mengalahkan orang- orang kafir.
Begitulah diri, jika nafsumu mampu kau kurung dan mengarahkannya pada kebaikan, tak akan mampu setan menggoda diri, terlebih ketika akhirnya dengan nafsu baik, pikiran menjadi positif, persaudaraan kau jaga erat, yang ada hanya pikiran positif kepada sesama. Hingga akhirnya tak hanya saling tolong- menolong yang kau lakukan, tapi juga menanggung beban saudaramu bahkan bersedia berkorban mendahuluku saudaramu ketimbang dirimu sendiri.
Aku tahu ini hanya nafsu belaka yang seharusnya mampu ku kalahkan, bukan menjadikan alasan perbuatan maksiat yang ku lakukan.
Cinta itu fitrah, dan fitrah manusia berada dalam kesucian, maka bukan cinta namanya jika justru mengarahkanmu pada terenggutnya kesucian.
Allah lah yang mensucikan siapa yang Dia kehendaki, maka cinta itu dari Allah datangnya, sedangkan yang membawa kepada keburukan adalah dari setan dan itu bukan cinta, tetapi hanya nafsu belaka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar