Selasa, 17 Maret 2020

Kamu dan aku bagiku

Layaknya dua gelombang yang berbeda fase, kita saling destruktif. Mana mungkin beresonansi jika tak pernah se-frekuensi.

Hakikatnya air mengalir ke tempat yang lebih rendah, tapi kamu bukan air melainkan uap yang terus meninggi mengangkasa, sedang aku terus terperosok ke dalam jurang terdalam. Yang tinggi terus meninggi, yang rendah terus merendah.

Kita punya ketertarikan satu sama lain, aku yakin itu, karena sejatinya setiap benda bermassa saling tarik menarik. Sayang, daya tarikku lemah, sementara kamu terus menjarak, semakin dayaku menarikmu berkurang kuadratik.

Aku ini seperti radioaktif yang tak boleh kau dekati jika kamu memang sehat. Karena bisa2 kamu malah sakit kanker karena radiasiku. Daripada begitu memang baiknya kau menjauh, agar energi penghancurku tak lagi mampu menjangkau dan menyakitimu.

Tunggu, kau tidak selemah itu, kau Basa yang kuat yang mampu membuat kondisi pH mengikuti pHmu, layaknya Kangen Water berpH tinggi yang bermanfaat bagi banyak orang. Tapi sayangnya akulah si asam kuat, yang tak mampu kau netralkan apalagi merubahku menuju pH yang bermanfaat, daya hancur asamku begitu kuat.

Kau lah bintang yang memancarkan cahaya, sedangkan aku hanyalah bulan yang memancarkan sinar semu, palsu, hanya pantulan, yang sesekali justru menjadikan bumi benar2 gelap total karena ku halangi dari cahayamu. Lagi2, meski cahayamu begitu terang, bersamaku malah membuat gelap dunia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tujuan hidup di bumi

Mengapa kita tercipta di dunia ini? Heh, kok tercipta, kesannya kalo gitu kita ada begitu aja tanpa ada yang menciptakan. Baiknya gunakan &q...