Senin, 26 November 2018

Islam dan Indonesia

[ Negeriku Indonesia ]

Di sinilah aku hidup, di sinilah aku bertumbuh kembang. Negara yang menjunjung tinggi ketuhanan dan keagamaan dalam ruang lingkup keberagaman. Negeri yang kaya sumber daya alam dan kebudayaan. Negara berbentuk kesatuan yang terdiri dari belasan ribu pulau, beragam suku bangsa, dan agama dengan slogan pemersatu Bhineka Tungga Ika. Negeri yang diperebutkan oleh bangsa- bangsa pencari kekayaan yang serakah dan kejam.

Segenap perlawanan pun digencarkan sejak zaman kerajaan- kerajaan. Tengoklah sejarah, dari Sabang sampai Merauke, siapakah yang banyak terlibat dalam melakukan perlawanan terhadap para penjajah kalau bukan orang Islam? Cut Nyak Dien, Cut Nyak Meutia di Aceh, Imam Bondjol di Sumatera Barat, Sultan Agung di Jawa, Sultan Hasanudin di Makassar, Kerajaan Ternate dan Tidore, Pangeran Diponegoro, dan lain sebagainya yang banyak terdapat di uang- uang kertas Rupiah. Agus Salim, H.O.S Cokroaminoto, bahkan Soekarno dan Hatta, juga M. Natsir yang akhirnya bahu- membahu menciptakan kemerdekaan.

Dengan penuh keikhlasan para ulama, hingga akhirnya dengan penuh kerelaan menggantikan teks dalam Piagam Jakarta dari Menjalankan Syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya  menjadi Ketuhanan Yang Maha Esa. Demi terwujudnya persatuan dalam keberagaman atas nama Negara Indonesia.

Tak hanya sampai situ, nampaknya pada masa kemerdekaan yang masih seumur jagung, para penjajah tak juga terima dan ingin kembali berkuasa. Dan Alhamdulilah seruan jihad kembali diteriakkan untuk melawan para penjajah. Bung Tomo yang kala itu menjadi tokoh pengobar semangat perlawanan melawan penjajah berkata :

“ Andai tidak Takbir, saya tidak tahu dengan cara apa membakar semangat para pemuda untuk melawan penjajah ”

Maka tidaklah berlebihan jika dikatakan tidak ada Indonesia tanpa Islam. Masa lalu yang telah begitu gemilang, mari raih kembali dengan merapatkan barisan, keragaman dalam persatuan.

#SuksesiSalam22
bit.ly/CalonSalam22

Jumat, 23 November 2018

Oktober...


Jaga hubungan dengan orang lain. Allah dan Rasul-Nya memerintahkan untuk menjaga tali silaturahmi kan! Perbedaan itu hal yang wajar, bahkan ketika sampai berujung pada perselisihan dan pertikaian. Tapi semuanya tentu ada batasnya. Dan lagi, Allah dalam firman-Nya menyandingkan iman dengan upaya menyatukan kembali sesama orang beriman yang berselisih, tengok Al-Hujurat : 10, Setiap mukmin itu bersaudara, maka damaikanlah saudaramu yang berselisih.

Jangan sampai kita tidak mengetahui kondisi sekitar kita sendiri. Kondisi orang tua, adik, kakak, tetangga, dan teman, Mari perbaiki hubungan dengan orang lain. Hapuskan segala kebencian yang turut melahirkan prasangka buruk. Jalin silaturahmi bahkan dengan mereka yang menampakkan ketidaksukaannya padamu.

Lihatlah sekelilingmu, umat menunggu dakwahmu.
Maksiat masih terjadi di sana sini. Generasi muda kian terjerumus dalam jurang kehancuran. Pergaulan bebas yang begitu marak dengan pemicu pacaran. Games online yang kian memperparah kondisi dengan membuat lalai terhadap sholat. Tayangan- tayangan yang tidak berfaedah dan tidak pantas menjadi tontonan yang lumrah bagi anak- anak. Entah itu tayangan yang membuka aurat, kekerasan, atau adegan pacaran, Umat kian dihancurkan dengan pemikiran- pemikiran yang memecah belah kesatuan. Jangankan untuk bersatu dalam nilai keislaman, untuk hal yang wajib seperti sholat masih dilalaikan. Bagaimana berharap mereka yang awam dapat berislam dengan baik, jika penghafal quran yang harusnya terjaga ruhiyahnya saja masih mengenyampingkan perkara segera menyongsong waktu sholat.
Ego diri semakin meninggi. Tak mau bersusah payah sedikit membantu mengurusi urusan orang banyak, dengan dalih urusan sendiri yang belum terselesaikan. Jika begitu terserah pada diri masing- masing, yang jelas, ada atau tidaknya dirimu dalam barisan dakwah, Islam tetap akan berjaya.

1 Oktober 2018

Menjelang pertambahan umur yang sejatinya adalah semakin sedikit kesempatan beramal sholeh, kematian semakin dekat. Di asrama yang selama 2 tahunan lebih aku tinggali.
Rupanya belum semua aktivitas ku lakukan karena Allah. Masih banyak hal yang dilakukan tanpa menyebut nama Allah. Masih sedikit bibir ini mengucap syukur atas segala nikmat-Nya, apalagi atas segala ketetapan-Nya yang tidak sesuai keingingan diri. Setiap kali masalah menerpa, rasanya belum selalu Allah menjadi tempat curhat utama. Lebih sering malah mengeluhkan, atau buruknya malah bercerita ke orang lain, bergantung kepada orang lain, apalagi kepada lawan jenis. Ya Allah betapa buruknya diri ini, hamba mohon ampun atas segala kelalaian ini. Memang mungkin bagi orang beriman kebanyakan, kesalahan ini adalah hal yang kecil dan ringan. Tapi bukankah tak akan bisa tercapai hal yang besar tanpa tertuntaskannya hal yang kecil. Bagaimana bisa berharap mendapat Jannah-Nya, jika menyebut nama-Nya saja masih sering lupa. Ketika kita lupa atas suatu hal, artinya kita masih belum menganggap penting hal tersebut. Lalu bagaimana bisa kita lupa kepada Zat yang paling penting dalam kehidupan kita, Sang Maha Pencipta yang Maha Kuasa.
Ketika diri sakit, kita segera berobat ke dokter dan akan tenang ketika kembali dari dokter, sangatyakin bahwa kita akan segera sembuh karena telah berobat ke dokter. Padahal, bukankah Allah yang sebenernya menyembuhkan? Dokter hanyalah menjadi perantara.

Kelas Fiskom II
Ternyata buku yang ditunda penyelesaian membacanya tinggal menyisahkan judul terakhir. Jika saja aku bersabar untuk membacanya sedikit lagi, buku itu sudah terselesaikan sejak tadi, dan bisa berlanjut membaca buku lainnya. Hikmah : Jangan mudah menyerah, tingkatkan kesabaran ketika melakukan suatu hal yang tak kunjung usai sampai benar- benar mendapatkan hasilnya. Dalam berdakwah dan ketaatan kepada Allah tak ada kata istirahat, tak ada waktu untuk rehat dalam menggapai cita, teruslah berjuang sampai tergapai cita itu, jika memang ingin lebih cepat menggapainya, ketika menunda tentu akan membuat lebih lama tercapainya kesuksesan.

Hendaknya kita selalu berbaik sangka kepada pekerjaan baik yang dikerjakan orang lain. Jangan pernah mencoba menerka, apalagi menjudge isi hati seseorang. Kita hanya bisa menilai dari yang zhohir saja, hanya Allah yang Maha Mengetahui apa yang sebenernya tersembunyi di balik hati masing- masing hamba. Teman kita berbuat baik. Harusnya kita senang, terlepas dari niat sebenernya. Karena kita memang tidak bisa tau niat dia yang sebenernya. Terlebih sebagai seorang dai yang menyebarkan nilai Islam. Bukankah memang keinginan kita adalah turut menyadarkan orang lain agar mau melakukan amal sholeh. Jadi ketika ada teman kita yang berbuat baik, pantasnya kita senang, dan mengcounter prasangka buruk yang muncul dari dalam diri atau dari teman kita yang lainnya.

Manajemen diri itu sangat penting, ketika manajemen diri tidak baik, salah- salah bisa merugikan orang lain. Manajemen diri itu mencakup keseluruhan aspek, tak hanya aspek kepribadian, tetapi juga tentang bagaimana mengelola emosi, mengelola setiap kegiatan, mengelola keuangan, dsb. Sejatinya meski masih berlabel ‘diri’, tapi tetap bersinggungan dengan orang lain. Karena diri kita juga termasuk himpunan bagian dari suatu masyarakat.

Kelas Biofisika
Sudah tawaran ketiga untuk menjadi MC dalam 1 bulanan terakhir ini. Setelah 2 tawaran sebelumnya yaitu MC MAM, dan MC Seminar UIQO aku tolak secara halus dengan alasan- alasan. Kini tawaran ketiga untuk menjadi MC GO UIQO. Sejatinya memang di jadwal tersebut aku ada kelas, tetapi karena fisika medis sedang ada agenda internasional, maka kelas digantikan dengan agenda tersebut. Aku memang memutuskan untuk tidak ikut serta pada acara tersebut dikarenakan bertepatan dengan pergelaran UIQO. Jadi memang tak ada alasan untuk menolaknya.


2 Oktober 2018
Sholat benar- benar menjadi penentu baik tidaknya seseorang. Jika memang sholatnya benar harusnya berakhlak baik, tidak mudah emosi dsb. Lalu tengok dirimu yang mudah sekali tersulut emosi, seringkali bertutur kasar, berarti ada yang salah dengan sholatmu. Maka benarlah qiyadah itu, pesannya singkat tapi benar- benar mengena. Perbaiki sholat! Khusyuk, terbebas dari pikiran lain selain memikirkan Allah saat sholat. Khusyuk memang susah, tapi ada langkah yang bisa diikuti agar bisa mencapainya. Yaitu dengan mengusahakan sholat di awal waktu secara berjamaah dan tentunya dengan pakaian terbaik.

Teringat kembali dengan orang Korea itu. Allah seringkali mengirimkan para penyampai pesan ketika aku memang sedang jatuh- jatuhnya, saat diri sedang hancur- hancurnya bermaksiat. Dulu ada orang dengan pakaian serba putih yang tiba- tiba mengingatkan perihal membaca Quran di Hp di saat kondisi diri yang sebelumnya terpuruk. Hari itu juga luar biasa, Rabu lalu, seorang yang mengaku dari Korea tiba- tiba menghampiriku yang sedang berdiri menunggu maba 2018 di rotunda. Singkatnya, dia benar- benar menohok dengan mengatakan, Indonesia bagus agamanya, semua orang beragama, tapi kenapa sampah masih dimana- mana, danau kotor, masih banyak koruptor? Jangan munafik dia bilang, kalo ingin maju, cukuplah taat pada Allah. Benar, munafik. Aku merasa munafik. Di depan khalayak tampak alim, tapi ketika sendiri sering tak terkendalikan. Ya Allah, aku bersyukur disadarkan kembali lewat orang Korea yang ku yakin itu juga atas kehedak-Mu sehingga akhirnya bisa menemuiku.

Jangan merasa bangga diri. Hati- hati dengan pujian yang datang. Salah-salah membuat pahala terbakar habis. Jika memang ikhlas, pujian dan cercaan akan sama dipandangnya. Bagaimana dengan dirimu? Kemarin malam dipuji, tengok hatimu, adakah dia melonjak kesenangan atau tetap dalam koridornya. Nampaknya memang diriku yang masih belum bisa ikhlas beramal. Baru terkena sedikit pujian seperti melayang. Melawan senyum yang keluar mesem- mesem karena nama disebut aja kau tidak mampu.

3 Oktober 2018

Kemaren malam, tepat sebelum waktu sholat isya, muncul lagi sebuah kesempatan untuk mengakselerasi diri. Suatu acara talkshow dengan pembicara tiga ustadz kembar yang belakangan santer namanya di acara yang dilangsungkan oleh Nurani FKM. Memang sih hanya jadi pengganti Haekal (Ketua FSI FISIP) yang tiba- tiba berhalangan hadir. Karena hal itu pula lagi2 aku menganggap belum waktunya untuk menjadi moderator dengan pembicara kondang seperti mereka. Jadi aku berusaha untuk mencari orang yang lain yang memang jelas berkompeten. Namun, apa boleh dikata, orang- orang yang kuhubungi semua telah punya kesibukan di waktu yang diminta tersebut. Hingga akhirnya Alhamdulillah ternyata Ariswan menyanggupi, padahal yang aku tau dia ada kelas di waktu tersebut. Langsung saja ku chat lewat grup PI terkait hal tersebut. Dan memang ternyata Ariswan belum mengecek kembali jadwalnya di hari tersebut. Memang dasar Ariswan, Tapi luar biasanya siang menjelang dilangsungkan acara tersebut, Ariswan bilang bahwa kelasnya dibatalkan karena semua dosen Geografi sedang ada agenda. Ada pelajaran yang bisa kuambil yang luar biasa. Kadang, bukan tentang kualitas diri kita yang tidak memadai, bukan lagi itu yang kita pertimbangkan, tapi niat untuk menolong teman. Dan dengan begitu, Allah yang akan mampukan. Terima kasih teman, kau telah semakin menyadarkan diri ini untuk mencoba mengambil setiap kesempatan berbuat baik. Meski diri tidak mampu, belum berpengalaman tapi Allah yang sudah menggariskan, jika memang baik Allah yang akan mampukan, bukankah Allah yang mengatakan bahwa tidak akan membani manusia melebihi kemampuannya. Maka atas dasar pertimbangan itu pula, akhirnya aku mengambil tawaran yang lebih mendadak lagi untuk menjadi pembicara di acara FUSI 2018 (acaranya 30 menitan lagi, dan aku masih di asrama, okee segera berangkat.)

Menjadi pengisi acara pengganti bersama sang ketua rohis (Nafiys) dan ketua BPM (Ahsa) cukup menyenangkan. Gak kerasa karena memang waktu 60 menit sangatlah sebentar untuk tiga orang pembicara. Ruangan seminar pun tidak dipenuhi keseluruhan peserta karena ada kelas yang dipindah jadwal, yaitu kelas fisdas pak Lingga. Ada yang senang bisa kelas, tapi tadi aku menyaksikan ada yang kecewa tidak bisa mengikuti kegiatan FUSI. Singkat cerita waktu Zuhur tiba dan selesai acara beberapa menit setelah waktu Zuhur, masih belum bisa tepat waktu selesai Zuhur. Kegiatan FUSI berlanjut setelah makan siang. Para peserta dibagi kelompok berdasarkan kelompok mentoring keagaman yang sudah dibentuk sejak PSAF untuk kemudian melukis ayat favorit yang akan didakwahkan ke warga MIPA. Luar biasanya kelompok yang ku ampu ini adalah : di saat kelompok lain hanya berani menuliskan ayat- ayat yang “adem”, tentang ammar ma’ruf, kelompok 1 dan 2 justru memilih ayat Quran Surat Al-Israa ayat 32 tentang larangan mendekati zina.

5 Oktober 2018
Ternyata terlewat satu hari, entah karena memang terlalu sibuk atau sok sibuk. Pagi sekali membantu teman2 fisika medis mempersiapkan acara IPC (Imaging Physics Course) yang diisi oleh tokoh- tokoh ahli fisika medis internasional. Sebagai seorang mahasiswa fisika yang mengambil peminatan fisika medis, seharusnya aku antusias untuk terlibat baik menyimak setiap kuliah yang diberikan, bahkan dalam membantu terlaksananya acara, karena memang aku juga diamanahi menjadi ketua angkatan fisika medis 2017. Di lain sisi, aku juga memiliki amanah sebagai ketua Lembaga dakwah fakultas yang juga sedang sibuk- sibuknya. Pada setiap amanah pasti ada kecenderungan, tak ubahnya urusan hati terhadap pasangan. Jika tidak percaya cek saja QS An-Nisa ayat 129 bahwa tidak akan bisa berlaku adil terhadap setiap pasangan, pasti ada kecenderungan. Tapi yang terpenting, tidak membiarkan setiap amanah terabaikan. Prioritas dan kecenderungan pasti ada, tapi jangan sampai membuat kita abai terhadap salah satunya. Tetap berikan porsinya masing- masing, jangan benar- benar ditinggalkan. Dan bagiku sudah cukup membantu di hari pertama kemarin. Meskipun itu juga hanya setengah hari.

Janji itu adalah suatu hal yang wajib untuk ditepati, terlebih bagi seorang muslim. Karena Allah dalam kalam-Nya yang mulia, Al Quran berfirman bahwa salah satu ciri orang bertakwa adalah menepati janji, (silahkan buka QS Al Baqarah ayat 177). Maka seharunsya sebagai orang yang mengimani Quran, turut menjalankan rambu- rambu tersebut. Apalagi bagi seorang aktivis dakwah yang seharusnya lebih sering berinteraksi dengan Quran, maka seharusnya dalam pelaksanaannya juga harusnya lebih baik dari mereka yang masih jarang. Tapi sayangnya itulah yang justru jadi permasalahan aktivis dakwah saat ini. Permasalahan yang seperti sepele, tapi sebenarnya tidak sepele. Ketika dalam sholat saja kita bisa tepat waktu, kenapa tidak bisa untuk janji- janji kita, terlebih yang berhubungan dengan orang lain. Atau jangan- jangan untuk urusan sholat saja kita masih abai dan lalai. Kalau seperti itu ya pantas saja sering abai terhadap janji juga. Sholatnya tepat waktu kok, iya tepat waktu, tapi tetep ada yang salah. Yuk perbaiki lagi urusan sholat kita. Itu bisa jadi solusi yang baik, dimana ibadah mahdah yang kita kerjakan bukan sekedar ibadah tanpa ada hikmah yang bisa diambil. Dan dalam urusan kedisiplinan, sholat mencerminkan banyak peran penitng. Jika sholatnya benar, maka harusnya tepat waktu dalam urusan lainnya, selalu tampil dengan keadaan terbaik, dan juga mempersiapkan setiap urusan yang akan dijalani. Rajin membaca Quran, maka harusnya rajin juga membaca berita, membaca materi kuliah, dsb.

7 Oktober 2018
Masih tentang tanggal 5. Bagi orang- orang kebanyakan, menggenapkan umur merupakan suatu yang istimewa, hari jadi katanya. Banyak yang merayakannya dengan senang- senang, pesta ria, mentraktir dsb. Bagiku tak ada yang istimewa di tanggal 5 kemarin, kecuali karena bisa berkontribusi untuk mensyiarkan Quran di Murottal Time dan menjadi mc di GO UIQO 2018 dengan pembicara istimewa Dr. Amir Faishol Fath dan Yusuf Mansur. Banyak memang ucapan selamat ulang tahun dari sana sini. Ada yang mendoakan ada juga yang sekedar mengatakan HBD. Tapi aku tak mau mendebat, hanya sekedar balasan terima kasih yang terlontar.

Skip lagi satu hari di tanggal 6. Kemarin adalah hari H penyisihan UIQO 2018. Tahun ini aku masih berkesempatan menjadi kontingen mewakili FMIPA di cabang 2 dan 5 juz. Senang bisa berprogress 3 tahun terakhir. Tahun 2016 di cabang tartil. Tahun 2017 di cabang hifzhil 1 juz. Banyak pelajaran yang bisa ku dapat. Akhlak itu paling penting. Dan aku yang katanya penghafal Quran, apalagi seorang ketua Lembaga dakwah ternyata masih belum bisa mencerminkan akhlak terbaik.  Kemarin saat lomba begitu santainya sampai- sampai ingin naik ke panggung saja loncat tangga. Parah memang jika diingat-ingat kembali. Semoga tidak terulang, semoga bisa menjadi lebih baik lagi.

Berbuat baik memang seharusnya tulus tanpa mengharap balasan, termasuk sekedar senyuman. Hari ini aku berkesempatan mengikuti perlombaan Quran Festival di Poltekkes II Jakarta cabang 5 juz. Di luar dugaan, ternyata pesertanya cukup banyak, sekitar 23 orang. Saat acara lomba telah berlangsung, aku mendapati ada peserta yang duduk di lantai, di samping tempat aku duduk. Dia berusaha untuk mendengar murottal di tengah lomba dari hpnya, tapi sayang ternyata dia tidak membawa headset. Langsung saja ku pinjamkan headsetku. Kemudian ku coba untuk membantu mencarikan tempat duduk dengan meminta panitia membawakan kursi tambahan. Sudah ada kursi tambahan, dia tak juga mau duduk, karena posisinya memang di depan. Akhirnya aku pindah duduk di depan dan alhamdulillah usaha ku tidak sia- sia. Sebenarnya momennya ada ketika proses meminta kursi tambahan. Seorang panitia ikhwan yang ditugaskan memasukkan kursi tambahan memilih untuk makan terlebih dahulu karena melihat sedang berlangsungnya penampilan seorang peserta. Tapi tiba- tiba peserta tersebut selesai dan panitia akhwat kebingungan memasukkan kursi tambahan tersebut. Langsung saja ku tawarkan diri memasukkan kursi tersebut, karena memang aku lah penyebab didatangkannya kursi tersebut. Ternyata memang kursinya cukup berat. Si panitia akhwat sebenernya terlihat tidak enakkan. Tapi aku tetap mengangkatnya, lagi- lagi karena memang akulah yang meminta kursi tersebut dan memang aku juga ingin masuk ke ruangan lomba sedangkan kursi tersebut menghalangi jalannya masuk. Entah apa yang ada di benak akhwat tersebut, yang sedari awal ku melihat terlihat gugup, tak menampakkan senyum (aku perhatikan karena memang dia pj mhq) kini tersenyum. Apakah niatku sudah tergerus?? Sudah bengkok?’

8 Oktober 2018
Bangun dini hari, tepatnya jam 3 pagi, aku dikejutkan oleh sebuah pesan berisi tautan yang merujuk pada suatu postingan OA yang cukup mahsyur di kalangan anak UI, Draft Anak UI. Dah gitu aja, gajadi nerusin.

Jangan jadi orang yang malas, jangan hanya berdiam diri tanpa karya. “Passion without creation is nothing”, jika sudah menentukan pilihan, maka harusnya terlahirlah karya- karya dalam hidup kita. Aku memang mahasiswa fisika, terkhusus fisika medis. Namun, kini aku merasa bahwa fisika bukanlah passionku. Ada hal lain yang memang ku utamakan, sewajarnya diutamakan, sangat luar biasa, dan Alhamdulillah orang tua juga mendukung, yaitu Al Quran. Ya, banyak perubahan pada orang tua ku, termasuk pandangan keduniawian menjadi akhirat. Dari yang menuntut anaknya untuk mencari uang sebanyak- banyaknya setelah lulus kuliah, menjadi orang yang kini justru menekankan yang terpenting adalah Quran, hafalan Quran. Baiklah, jika memang Quran adalah passion, adalah pilihan yang ku ambil, lalu apa karya yang telah ku hasilkan darinya, karya apa yang akan ku buat ke depannya. Baiklah, aku akan menargetkannya, membuat porsi berlebih dalam bidang Quran. Menghafal, tadabbur, mengamalkannya, dan juga mensyiarkannya.

Lebih Baik Tanpamu!


Lebih Baik Tanpamu!

Bersama lebih baik? Memang tapi pengecualian pada dirimu. Kamu gak pernah menyadari betapa bodohnya dirimu, betapa kamu itu hanya menjadi sumber kehancuran dan kegagalan. Kamu memang orang keras kepala yang tak akan mampu bekerja sama. Sekuat apa pun kamu mencoba berubah, tak akan mampu kamu berubah. Maka jika tidak bisa memberi manfaat, janganlah coba- coba mengambil langkah yang malah memperburuk keadaan. Lebih baik kamu diam saja, pergi saja bahkan. Karena mereka sadar, tanpamu akan lebih baik. Kamu pun merasa begitu kan? Maka pergi saja, mereka lebih baik tanpamu.


Sabtu, 17 November 2018

Lupakan dan Fokus!

Kamu akhirnya tau betapa buruk dirinya. sudah salah mengartikan rasa, memandang dirinya adalah yang tepat, bahkan sampai kau masukkan namanya dalam list doamu. Salah, itu salah.

Penafsiranmu begitu tepat, dia memang suka kepada wanita itu, tapi satu hal yang tidak kau tau, bahwa dia adalah pribadi yang mudah menyukai, punya rasa suka kepada banyak wanita.

Begitulah masa-masa muda, aku rasa itu hal yang yang wajar. Tapi dia tak ingin agar rasa suka itu terus terpupuk. Bahkan berusaha untuk mengubur setiap rasa yang memang mampu menimbulkan angan yang seringkali membahayakan diri. Juga bahwa dia tahu, dari pengalaman diri, bahwa rasa suka itu berat, salah -salah malah kecewa, patah hati, bahkan yang terburuk menjauhkan diri dari-Nya.

Maka menyibukkan diri dengan hal positif adalah kunci, demi mengubur setiap rasa, yang memang belum tepat dirasa.

Dia akhirnya dalam benak berkata, "Silahkan pergi, lupakan saja, kuatkan tekadmu untuk fokus memperbaiki diri!"

Bagaimana jika ternyata kamu adalah orang yang dia suka? Lalu kamu berpindah ke lain hati?
Tak perlu dia habis pikir. Bukankah Allah yang menentukan? Jika jodoh pasti bertemu, bertamu.

Maka lupakanlah dia, terus perbaiki dirimu. Dan semoga kau dapati yang terbaik untukmu kelak.

Jumat, 09 November 2018

Oktober yang Lalu

1 Oktober 2018

Menjelang pertambahan umur yang sejatinya adalah semakin sedikit kesempatan beramal sholeh, kematian semakin dekat. Di asrama yang selama 2 tahunan lebih aku tinggali.

Rupanya belum semua aktivitas ku lakukan karena Allah. Masih banyak hal yang dilakukan tanpa menyebut nama Allah. Masih sedikit bibir ini mengucap syukur atas segala nikmat-Nya, apalagi atas segala ketetapan-Nya yang tidak sesuai keingingan diri. Setiap kali masalah menerpa, rasanya belum selalu Allah menjadi tempat curhat utama. Lebih sering malah mengeluhkan, atau buruknya malah bercerita ke orang lain, bergantung kepada orang lain, apalagi kepada lawan jenis. Ya Allah betapa buruknya diri ini, hamba mohon ampun atas segala kelalaian ini. Memang mungkin bagi orang beriman kebanyakan, kesalahan ini adalah hal yang kecil dan ringan. Tapi bukankah tak akan bisa tercapai hal yang besar tanpa tertuntaskannya hal yang kecil. Bagaimana bisa berharap mendapat Jannah-Nya, jika menyebut nama-Nya saja masih sering lupa. Ketika kita lupa atas suatu hal, artinya kita masih belum menganggap penting hal tersebut. Lalu bagaimana bisa kita lupa kepada Zat yang paling penting dalam kehidupan kita, Sang Maha Pencipta yang Maha Kuasa.
Ketika diri sakit, kita segera berobat ke dokter dan akan tenang ketika kembali dari dokter, sangatyakin bahwa kita akan segera sembuh karena telah berobat ke dokter. Padahal, bukankah Allah yang sebenernya menyembuhkan? Dokter hanyalah menjadi perantara.

Kelas Fiskom II

Ternyata buku yang ditunda penyelesaian membacanya tinggal menyisahkan judul terakhir. Jika saja aku bersabar untuk membacanya sedikit lagi, buku itu sudah terselesaikan sejak tadi, dan bisa berlanjut membaca buku lainnya. Hikmah : Jangan mudah menyerah, tingkatkan kesabaran ketika melakukan suatu hal yang tak kunjung usai sampai benar- benar mendapatkan hasilnya. Dalam berdakwah dan ketaatan kepada Allah tak ada kata istirahat, tak ada waktu untuk rehat dalam menggapai cita, teruslah berjuang sampai tergapai cita itu, jika memang ingin lebih cepat menggapainya, ketika menunda tentu akan membuat lebih lama tercapainya kesuksesan.

Hendaknya kita selalu berbaik sangka kepada pekerjaan baik yang dikerjakan orang lain. Jangan pernah mencoba menerka, apalagi menjudge isi hati seseorang. Kita hanya bisa menilai dari yang zhohir saja, hanya Allah yang Maha Mengetahui apa yang sebenernya tersembunyi di balik hati masing- masing hamba. Teman kita berbuat baik. Harusnya kita senang, terlepas dari niat sebenernya. Karena kita memang tidak bisa tau niat dia yang sebenernya. Terlebih sebagai seorang dai yang menyebarkan nilai Islam. Bukankah memang keinginan kita adalah turut menyadarkan orang lain agar mau melakukan amal sholeh. Jadi ketika ada teman kita yang berbuat baik, pantasnya kita senang, dan mengcounter prasangka buruk yang muncul dari dalam diri atau dari teman kita yang lainnya.

Manajemen diri itu sangat penting, ketika manajemen diri tidak baik, salah- salah bisa merugikan orang lain. Manajemen diri itu mencakup keseluruhan aspek, tak hanya aspek kepribadian, tetapi juga tentang bagaimana mengelola emosi, mengelola setiap kegiatan, mengelola keuangan, dsb. Sejatinya meski masih berlabel ‘diri’, tapi tetap bersinggungan dengan orang lain. Karena diri kita juga termasuk himpunan bagian dari suatu masyarakat.

Kelas Biofisika

Sudah tawaran ketiga untuk menjadi MC dalam 1 bulanan terakhir ini. Setelah 2 tawaran sebelumnya yaitu MC MAM, dan MC Seminar UIQO aku tolak secara halus dengan alasan- alasan. Kini tawaran ketiga untuk menjadi MC GO UIQO. Sejatinya memang di jadwal tersebut aku ada kelas, tetapi karena fisika medis sedang ada agenda internasional, maka kelas digantikan dengan agenda tersebut. Aku memang memutuskan untuk tidak ikut serta pada acara tersebut dikarenakan bertepatan dengan pergelaran UIQO. Jadi memang tak ada alasan untuk menolaknya.

Tujuan hidup di bumi

Mengapa kita tercipta di dunia ini? Heh, kok tercipta, kesannya kalo gitu kita ada begitu aja tanpa ada yang menciptakan. Baiknya gunakan &q...