Ketika dirimu merasa tertinggal dari teman2 seangkatanmu, yang kini sudah bekerja di tempat yang bergengsi, bergaji besar, hidup berkelimpahan, ada juga sebagian yang sudah menikah dan bahkan punya keturunan. Atau dengan sepupu- sepupumu yang seumuran dan telah menyelesaikan studinya bergelar sarjana dan kau masih saja menjadi mahasiswa dan berkutat dengan tugas akhir yang tak kunjung kelar. Bagaimana perasaanmu di posisi tersebut?
Tekanan itu pasti ada ketika dibanding2kan sedang kau berada di posisi yang lebih rendah. Apalagi jika orang tua mu sendiri yang membandingkan. Lalu bagaimana kau akan menyikapi?
Sejatinya kita menjalani hidup masing- masing dengan penuh keunikan, karena memang pada dasarnya kita semua unik. Ada kelebihan dan kekurangan pada diri masing2 individu. Ada kalanya lambat berprroses di suatu hal, tapi di hal lain pesat berkembang. Maka kita harus bijak dalam menyikapi setiap hal.
Membandingkan sering menyakitkan, untuk mereka yang berhati sempit. Maka lapangkan hati kita. Terhadapnya kita jadikan motivasi tuk melampaui bukan malah jadi pematah semangat diri.
Sejatinya pembanding terbaik adalah diri kita sendiri. Apakah menjadi lebih baik hari ke hari, atau malah jadi buruk dari sebelumnya. Jika sama saja berarti merugi, jika lebih buruk berarti celaka, sedangkan jika lebih baik maka beruntung, dan itulah yang kita harapkan.
Jangan rendahkan diri sendiri, semua orang punya jalan hidupnya masing-masing, selama masih dalam koridor yang Allah ridhoi, kenapa harus merasa tersakiti dengan saudara- saudara seimanmu yang telah berproses lebih? Bersihkan hatimu