Senin, 11 November 2019

Membandingkan memang kadang menyakitkan

Ketika dirimu merasa tertinggal dari teman2 seangkatanmu, yang kini sudah bekerja di tempat yang bergengsi, bergaji besar, hidup berkelimpahan, ada juga sebagian yang sudah menikah dan bahkan punya keturunan. Atau dengan sepupu- sepupumu yang seumuran dan telah menyelesaikan studinya bergelar sarjana dan kau masih saja menjadi mahasiswa dan berkutat dengan tugas akhir yang tak kunjung kelar. Bagaimana perasaanmu di posisi tersebut?

Tekanan itu pasti ada ketika dibanding2kan sedang kau berada di posisi yang lebih rendah. Apalagi jika orang tua mu sendiri yang membandingkan. Lalu bagaimana kau akan menyikapi?

Sejatinya kita menjalani hidup masing- masing dengan penuh keunikan, karena memang pada dasarnya kita semua unik. Ada kelebihan dan kekurangan pada diri masing2 individu. Ada kalanya lambat berprroses di suatu hal, tapi di hal lain pesat berkembang. Maka kita harus bijak dalam menyikapi setiap hal. 

Membandingkan sering menyakitkan, untuk mereka yang berhati sempit. Maka lapangkan hati kita. Terhadapnya kita jadikan motivasi tuk melampaui bukan malah jadi pematah semangat diri. 

Sejatinya pembanding terbaik adalah diri kita sendiri. Apakah menjadi lebih baik hari ke hari, atau malah jadi buruk dari sebelumnya. Jika sama saja berarti merugi, jika lebih buruk berarti celaka, sedangkan jika lebih baik maka beruntung, dan itulah yang kita harapkan.

Jangan rendahkan diri sendiri, semua orang punya jalan hidupnya masing-masing, selama masih dalam koridor yang Allah ridhoi, kenapa harus merasa tersakiti dengan saudara- saudara seimanmu yang telah berproses lebih? Bersihkan hatimu 

Kamis, 07 November 2019

Bicara tentang Bisnis

Belakangan ini lagi seneng- senengnya belajar bisnis. Mulai dari baca buku tentang bisnis sampai nonton video- video tentang tips, cara, dan pengalaman para pebisnis sukses. 
Tips dari webinar Dewa Eka Prayoga :

1. Harus bisa mengenali diri sendiri

2. Buat goal yang menantang, spektakuler, dan dramatis
Maksudnya bukan goal yang biasa- biasa aja, bukan goal yang terlihat possible, tapi goal yang ketika menyebutkannya membuat bulu kuduk merinding dan membuat orang mengatakan "gile lo", "gak mungkin lah".

3. Miliki alasan yang kuat
Coba pikirkan bagaimana bisa memberikan kebahagiaan orang tua, menghajikan mereka, mengumrahkan mereka, membuat mereka bahagia. Tanyakan pada diri "Untuk siapa anda sukses?"
Kemudian juga pikirkan tentang pasangan, bagaimana membuatnya bahagia. Kalo belum punya pasangan? Cukup pikirkan aja ketika nanti udah nikah, punya pasangan, mau gimana bahagiain mereka. Dan yang juga tidak kalah penting adalah bagaimana membuat masa depan anak cerah. Lalu yang paling menguatkan adalah mindset bahwa ingin sukses untuk bisa bermanfaat untuk umat, membuka banyak lapangan pekerjaan serta menyejahterakan mereka. 

4. Miliki Passion
Berjualan suatu barang bukan sekedar untuk dibeli, tapi miliki mindset bahwa yang kita lakukan adalah membantu orang lain.

"Jualan adalah aktivitas menolong orang yang dibayar" 

Pastikan bahwa ketika kita berjualan, ada niat untuk menolong orang, jangan cuma untuk dapet duit aja.

"Jika niat kita adalah menolong orang, kalau pun ditolak kenapa harus stress dan putus asa?" 

"Setiap produk ada jodohnya"

"Target market is very vital in your business" 
Juallah sesuatu yang orang butuhkan, juallah sesuatu yang orang ingin beli, bukan menurut anda orang ingin beli

"If you believe in your product, you know your product, you sell it a lot better" Paul Walker.

"No raport, no sales" 
Tanpa pendekatan, tak akan ada penjualan. Orang itu tidak suka dijualin, tapi suka belanja.

"Sharing sharing dahulu, selling selling kemudian"

"Kenalilah musuhmu, kenalilah diri sendiri. Maka kau bisa berjuang dalam 100 pertempuran tanpa resiko kalah" Sun Tzu

Penolakan saat berjualan pasti ada, bahkan untuk sekelas master jualan. Maka yang penting adalah bagaimana bisa lebih tegar dan sabar atas setiap penolakkan.  

Tahap selanjutnya dari diskusi di webinar ini, membahas tentang kepribadian, nah kalo mau tau seperti apa kepribadianmu bisa cek link : bit.ly/tesjagojualan.

Gue belum selesai nontonnya, tapi males melanjutkan nulis, nah karena ini bermanfaat bangat buat yang lagi belajar bisnis, bisa cek sendiri di videonya, seru deh pokoknya, sedikit- sedikit keinget ketika belajar MPKT A wkwk. 

cari aja di youtube : Webinar Dewa Eka Prayoga 30 Hari Jago Jualan YOS channel Buku Dewa

Aku menyesal ketika tidak maksimal dalam mengisi waktu


Aku menyesal ketika tidak maksimal dalam mengisi waktu. Pernahkah kalian merasa tidak produktif? Aku sering sekali, terutama belakangan ini. Malam tidur, pagi tertidur, di kelas ketiduran, setelah sholat mata berat. Barangkali ada yang salah dengan pola hidupku belakangan ini, mudah sekali tertidur. Ohiya, pantaslah sudah semingguan tidak berolahraga hanya karena sempat terserempet mobil ketika pulang dari mengajar di daerah Mampang.

Perasaan mengantuk yang begitu mebuat diri dilema. Ingin rasanya mengerjakan pekerjaan yang menumpuk tapi apalah daya mata mengantuk. Pantaslah ketika Ikhwanul Muslimin justru menaruh perihal jasmani di urutan pertama prinsip syumuliatul Islam. Tanpa jasmani yang sehat, bahkan tuk sekedar membaca Quran pun tak sedap. Ya karena jadi mudah tertidur. Maka memang sangat penting memiliki kebiasan berolahraga secara rutin. Bukan hanya pola makan dan tidur saja yang diperhatikan.

Dewasa ini, banyak sekali aktivis dakwah yang jauh dari aktivitas olahraga ini, terutama di kalangan para akhwat. Mereka seringkali beralasan sudah jalan kaki, naik turun tangga, atau menyapu mengepel sebagian bagian dari olahraga. Pantas saja….

Ini mau nulis apa sih sebenernya. Gak tau juga sih, saya hanya sedang menjalankan membiasakan menulis setiap hari. Ini adalah tips dari dua orang penulis yang saya senangi, Tere Liye dan Ahmad Rifai Rifan. Bahwa untuk bisa jago menulis resepnya adalah biasa menulis, seperti memasak kata Mas Rifai menjelaskan, istrinya ketika ditanya bagaimana bisa jago masak, yaa hanya dengan pembiasaan. Jika di Tv- tv terlihat apa- apa pakai ukuran tertentu dalam mencampurkan bahan2 masakan, tapi nyatanya istrinya meski tanpa ukur mengukur dengan alat ukur, masakannya tetap lezat. “Ala bisa karena biasa” kata Tere Liye.

Oke, jadi tentang produktivitas, kita sebagai seorang muslim dituntut untuk itu. Kita dikatakan sebagai umat terbaik, yang tentunya tak mungkin mengisi waktu dengan kegiatan yang tanpa manfaat apalagi maksiat. Maka patutnya kita sadari untuk senantiasa produktif. Salah satu cara yang bisa kita lakukan adalah rutin membuat plan dan evaluasi kegiatan harian setiap harinya. Ketika kita sudah punya to do list, akhirnya diri akan semakin termotivasi untuk mengerjakan hal- hal yang memang produktif, sekaligus membatasi kegiatan- kegiatan yang besar celah untuk molornya seperti tidur.

Belum mandi, setelah tidak produktif bermain PB selama 3 jam-an. Kalo ada yang baca? Biarin ajaaa wkwk.

Rabu, 06 November 2019

Apalah dayaku

Apalah daya aku yang hina ini, bersembunyi di balik selimut biah mulia bersama dosa- dosa di kala sepi.

Mereka tak tahu tapi Allah Maha Mengetahui. Mereka tak lihat, tapi Allah Maha Melihat. Masihkah ada celah bagi kita tuk bermaksiat? Bodohnya kita yang terjatuh dalam jurang setan di kala sendirian, apalagi jika dalam kebersamaan. 

Barangkali diri sedang lupa, maka segera sadar dan kembali. Karena jika sadar tapi masih saja mengingkari, bisa jadi nilainya dosa bukan lagi dari perbuatan yang dilakukan. Melainkan dosa karena ingkar akan kebesaran Allah, akan sifat Allah yang Maha Melihat, Maha Mengetahui.

Aku tak bisa apa- apa. Aku hanya manusia hina yang terlihat baik karena saja Allah Maha baik menutup aib-aibku. Tapi, bolehkah aku menasehatimu?

Bayangkan, jika seorang aktivis saja seperti diri kita, bagaimana yang di luar sana? Bukankah secara logika kita lebih punya ketahanan terhadap godaan dibanding yang lainnya?

Bayangkan perasaan kedua malaikat berwujud manusia yang senantiasa mendampingi kita, bukankah kita ini hanya titipan Allah kepada mereka? Lalu bagaimana jika titipan tak mampu dijaga dengan baik, bukankah Sang Pemilik akan marah? Tegakah kita melihat mereka disiksa karena kita?

Selalu ada kesempatan kedua bagi mereka yang bertobat. Tapi, ajal tak ada yang bisa menerka, maka bersegeralah, jangan tunda- tunda, sebelum terlambat bahkan tuk sekedar menyesali.


Senin, 04 November 2019

Dan terjadi lagi...

Sesuatu yang sejatinya sangat bisa dihindari ketika berada dalam lingkungan yang kondusif. Sesuatu yang memang sudah jelas diketahui salahnya, yang bahkan si pelaku ketahui dengan baik dalil pelarangannya. Tapi mengapa seringkali kita seperti Yahudi yang mengingkari apa- apa yang kita ketahui. Mengapa sempat kita terlalaikan, tergoda oleh godaan setan yang menjadi musuh kita. 

Pantaslah Rasul SAW mengatakan bahwa fitnah terbesar adalah wanita. Karena fitnah tersebut tak hanya menjadi ancaman orang- orang yang menjadi objek dakwah, melainkan marak juga dikalangan para aktivis dakwah. 

Perasaan memang suatu yang melenakan. Menyenangkan punya rasa terhadap lawan jenis dan itu memang fitrah, bahwa wanita suka laki- laki, laki- laki suka wanita. Tetapi, tentu ada batasan, ada pedoman yang mengarahkan harus diapakan rasa itu. Pilihan itu ada pada diri kita masing- masing. 

Sejatinya lingkungan hanyalah benteng di tengah keramaian, sedangkan dalam kesendirian kita yang tentukan menjadi musuh atau teman setan. Kamu tau salah tapi tetap melakukan. Kamu sadar salah tapi tak mampu berhenti, tak mau berhenti.

Kita harus sadar diri siapa kita. Kita hanyalah umat akhir zaman yang lemah imannya. Kita adalah umat yang hidup di tengah fitnah akhir zaman. Jangankan menjadikan Quran sebagai pedoman, jangankan hafal Quran, membaca saja kita masih banyak kesalahan, masih berat merutinkan. Kita juga bukan seorang mujahid yang berani turun ke medan perang, kita masih hanya mampu berdakwah dengan medan yang tak terlalu menyeramkan, yang bukan jiwa yang menjadi taruhan.

Tapi mari kita berkaca dari kisah nyata seorang tabiin. Seorang mujahid hafal Quran yang murtad dan mati dalam keadaan kafir karena tergoda seorang wanita nasrani dalam perjuangan jihadnya. Barangkali ada dalam benaknya tuk mengislamkan sang pujaan hati yang berbeda agama itu. Tapi tatkala maharnya adalah keimanan, berani- beraninya tetap ia gadaikan. Layaknya seorang yang mencoba- coba khamr, tapi malah ketagihan. Ia pikir masih ada waktu untuk taubat. Tapi takdir berkata lain. Ia justru mati dalam keadaan kafir, bahkan setelah diajak bertaubat. 

Lagi, lagi, siapa kita? Quran saja belum hafal? Ketika ada seruan jihad, belum tentu kita terjun tanpa keraguan.

Bertaubatlah selagi masih ada waktu. Jika terhadap dosa kecil saja kita tak boleh menganggap kecil, apalagi dosa besar perzinaan? Karena bukan kecilnya dosa yang kita lakukan, tetapi tengoklah kepada siapa kita bermaksiat, yaitu Allah yang Maha Besar, Maha Mengetahui. 

Redaksinya bukan sekedar janganlah berzina, tetapi janganlah mendekati zina!
Dan janganlah ikuti LANGKAH- LANGKAH setan. Satu langkah masih aman, tetapi  ada langkah- langkah selanjutnya. 

Entahlah apa yang sebenarnya harus ku lakukan.


Entahlah apa yang sebenarnya harus ku lakukan. Begitu banyak hal yang mengganjal pikiran. List to do yang berantakan, tak satupun yang mampu teruraikan dengan baik tentang langkah apa yang seharusnya diambil, kemudian setelahnya apa.

Saat memikirkan pekerjaan yang satu, tanggung jawab lainnya menghantaui, setan membisikkan, “eh pekerjaan A apa kabar?” akhirnya diri tak fokus. Padahal sebenarnya sudah jelaslah solusinya, yaa fokus, dan ketika muncul pikiran  itu, hal yang perlu dilakukan adalah mencatat di notes, atau reminder untuk dikerjakan menyusul, lalu berterima kasih kepada setan yang sudah mengingatkan. Tapi prakteknya sulit yaa. Dan sialnya setan cenderung mengingatkan di dalam sholat. Bodoh jika malah terkalahkan, tapi begitulah lemahnya diri ini yang seringkali terkalahkan.

Lalu terhadap pekerjaan B, apa yang harus aku lakukan? Jika tidak tau maka bertanyalah. Kepada siapa? Ya kepada yang memberi pekerjaan, atau kepada yang memang sudah berpengalaman atau yang bersinggungan langsung dengan tanggung jawab yang sedang diemban.

 Simple tapi terkadang malah ada pikiran “duh masa sih nanya lagi, berarti ketika diberikan tugas belum bener- bener ngerti dong, masa sih gabisa cari solusinya sendiri” terus malah cari tau sendiri dan tetap tidak dapat hasilnya. Barulah ketika mepet bertanya. Entah mana yang lebih baik, apakah mengusahakan terlebih dahulu atau langsung bertanya. Tapi yang jelas, hal yang mengganjal hanyalah pikiran- pikiran buruk. Dan terhadap pikiran buruk atau prasangka, harusnya diri ini hindari.

Just do it now. Coba aja dulu, gausah takut dimarahin, gausah takut dikecewain, jangan nunda- nunda. Beginilah permasalahan si introvert, yang rada males berurusan dengan orang lain, apalagi yang belum terlalu dikenal.

Ya sudahlah, barangkali akar permasalahannya memang ada pada diri sendiri, yaitu : Sikap menunda- nunda pekerjaan, tidak fokus, dan juga prasangka- prasangka buruk yang membawa kepada ketakutan dan keraguan menjalankan sesuatu, serta mindset bahwa diri introvert yang seharusnya justru harus dihindarkan meski dengan usaha berlebih.


Jika hikmah bisa didapat, artinya telah mendapatkan sesuatu kebaikan yang banyak, tapi ia hanya bisa didapatkan oleh mereka yang punya akal sehat. (QS Al Baqarah : 269)

#AyoNulis #RajinNulis #RutinNulis #YangPentingNulis

Tujuan hidup di bumi

Mengapa kita tercipta di dunia ini? Heh, kok tercipta, kesannya kalo gitu kita ada begitu aja tanpa ada yang menciptakan. Baiknya gunakan &q...